REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Nila F Moeloek mengatakan tim kesehatan terus berupaya semaksimal mungkin menangani korban pengeboman di Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim), Ahad (13/5).
Nila mengklaim, semua rumah sakit semua siap. Bahkan rumah sakit (RS) Dr Soetomo merawat pasien kritis, demikian pula di RS lain. "Untuk pasien yang akan dipindahkan tentu menunggu sampai kondisinya transportable," katanya usai mengunjungi pasien korban bom yang dirawat di RS Dr Soetomo, Surabaya, Ahad malam (13/5) dalam keterangan yang diterima Republika.co.id.
Nila didampingi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, Kohar Hari Santoso mengunjungi korban ledakan bom bunuh diri di beberapa gereja di daerah Surabaya yang sedang dirawat di RS Bedah Manyar, RSUD Dr Soetomo dan RSAL Surabaya. Saat ditemui di RSUD Dr Soetomo, Nila menyatakan turut prihatin dan mengutuk perbuatan pelaku ledakan bom bunuh diri.
"Kami dari Kementerian Kesehatan turut prihatin dan mengutuk apa yang telah dilakukan pelaku ledakan bom bunuh diri. Tidak seharusnya mereka melakukan hal itu," ujarnya.
Nila menegaskan seluruh biaya pengobatan korban ledakan bom bunuh diri akan ditanggung negara. "Seperti yang telah dikatakan Bapak Presiden, seluruh biaya pengobatan korban yang sedang dirawat di beberapa RS di Surabaya akan ditanggung negara," katanya.
Nila mengatakan sampai saat ini total korban meninggal dunia sebanyak 13 orang, sedangkan korban luka-luka sebanyak 47 orang. Jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah dikarenakan masih ada tiga korban yang masih kritis dengan luka bakar mencapai 99 persen.
"Untuk pasien yang kondisinya kritis dan tingkat kesulitannya tinggi saat ini sedang dirawat di RSUD Dr Soetomo. Kami mengoptimalkan perawatan bagi seluruh korban, baik yang sedang di RSUD Soetomo maupun yang sedang dirawat di beberapa RS di Surabaya," kata Nila.
Kadinkes Provinsi Jatim, Kohar menambahkan, saat ini yang paling penting adalah stabilisasi kondisi pasien. "Selain itu, kondisi kejiwaan korban juga perlu diperhatikan," katanya.
Tenaga kesehatan, tenaga medis dan psikolog sudah dsiapkan untuk memulihkan kondisi korban. Tim Kesehatan Jiwa (Keswa) Dinkes Jawa Timur telah melakukan koordinasi lintas sektor.
Fokus penanganan saat ini adalah pada fisik korban. Adapun prioritas penanganan kesehatan jiwa akan dilakukan pada korban dan keluarganya serta penanganan kondisi panik dan cemas warga sekitar Surabaya.
Sebelumnya, Kota Surabaya diguncang tiga bom. Peristiwa biadab itu terjadi mulai Ahad (13/5) pukul 07.13 WIB di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya, Surabaya.
Menyusul kemudian ledakan di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya Jemaat Sawahan di Jalan Arjuno serta Gereja Kristen Indonesia Diponegoro 146 di Jalan Raya Diponegoro. Pelaku pengeboman ini teridentifikasi sebagai keluarga Dita Supriyanyo yang tinggal di kawasan Wonorejo, Rungkut, Surabaya.
Dita terlebih dahulu mengantar istri dan dua anak perempuannya di Gereja GKI Jalan Diponegoro. Istrinya bernama Puji Kuswati. Kemudian anaknya yang perempuan berumur 12 tahun dan PR (9 tahun) mengebom di Gereja Jalan Diponegoro, dan anaknya yang lain Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16) mengebom di Gereja Katolik di Ngagel Madya.