REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Turki Recep Tayip Erdogan mengutuk Amerika Serikat (AS) yang dianggap telah melakukan genosida terhadap puluhan rakyat Palestina saat pemindahan kedutaan besarnya kemarin. Akibat hal itu, Erdogan menarik duta besarnya dari Israel dan AS.
Wakil Perdana Menteri Turki Bekir Bozdag mengatakan pada hari Senin (14/5), mereka telah menetapkan tiga hari berkabung nasional sebagai bentuk dukungan terhadap Palestina. Dia juga menyarankan KTT darurat OKI agar dilaksanakan sesegera mungkin guna membahas genosida yang telah dilakukan AS terhadap Palestina tersebut.
Hal serupa juga dilakukan oleh Afrika Selatan. Duta besarnya telah ditarik kembali hingga pemberitahuan lebih lanjut. "Mengingat serangan Israel yang tidak pandang bulu dan membabi buta, Pemerintah Afrika Selatan telah mengambil keputusan untuk memanggil Duta Besar Sisa Ngombane dengan segera hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Kementerian Luar Negeri Afrika Selatan dalam sebuah pernyataan, dilansir laman Aljazirah.
Ia juga mengutuk serangan yang dilakukan Israel kepada Palestina saat pembukaan Kedubes AS kemarin. Demonstrasi di Gaza, yang bertepatan dengan protes terhadap pembukaan Kedutaan AS pada hari Senin (14/5), adalah bagian dari gerakan menyerukannya dikembalikan hak pengungsi Palestina ke daerah-daerah yang secara paksa diusir dari tahun 1948.
Sejak protes dimulai pada 30 Maret, pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 104 warga Palestina dan melukai sekitar 12 ribu orang lainnya.
Berbicara selama kunjungan ke ibu kota Inggris, London, Presiden Erdogan menuduh Israel sebagai negara teroris, mengatakan bahwa pihaknya melakukan "genosida" terhadap Palestina. Mengacu pada langkah Kedutaan AS, Erdogan mengatakan bahwa Turki tidak akan membiarkan Muslim kehilangan Yerusalem.
Komentar Erdogan datang ketika ribuan orang turun ke jalan-jalan kota terbesar di Turki untuk memprotes relokasi kedutaan. Setidaknya 6.000 orang berkumpul pada hari Senin di Istanbul untuk mengecam upacara pelantikan.