Selasa 15 May 2018 13:06 WIB

Kapolda: Anak Pelaku Bom Surabaya tak Pernah Sekolah

Kapolda katakan orang tua selalu sebut anaknya home schooling saat ditanya warga

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Machfud Arifin

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur, Irjen Pol Machfud Arifin menyatakan ada pelaku teror di Surabaya dan Sidoarjo tidak disekolahkan oleh orang tuanya. Menurutnya, istilah homeschooling untuk anak-anak pelaku tidak benar.

"Istilah 'home schooling' itu tidak benar. Padahal mereka tidak ada sekolah. Mereka dikurung dengan doktrin khusus sehingga anak itu yang di GKI Jalan Diponegoro mau ikut bawa bom pinggang," kata Kapolda di Mapolda Jatim di Surabaya, Selasa (15/5).

Kapolda mengatakan orang tua mereka atau pelaku teror mengajari anaknya untuk menjawab 'home schooling' ketika ditanya masyarakat. Tidak disekolahkan mereka agar dapat didoktrin dengan video-video radikal dan tidak berinteraksi dengan masyarakat lain.

"Baik yang Ais dan di Sidoarjo itu tidak sekolah. Ini sama karena satu guru yang pengajiannya sama dalam satu minggu. Ada keterkaitan. Namun, ada satu yang sekolah. Dia anak yang besar karena ikut neneknya. Kedua anak lain sering dicekoki film," ujarnya.

Machfud mengungkapkan, kondisi anak-anak itu sudah membaik. Yang tiga sudah bisa berinteraksi tinggal satu yakni anak yang terlempar dalam peristiwa bom di Polrestabes Surabaya yang masih dalam pengaruh obat bius.

"Kami akan berikan pendampingan untuk anak anak pelaku. Pandampingan itu bisa dari Polwan dan psikolog. Setelah itu akan diserahkan kepada keluarga. Dengan catatan mereka harus bertanggung jawab karena orang tua mereka sudah meninggal," ujarnya.

Sementara saat ditanya, apakah Ais anak pelaku yang dalam peristiwa bom di Polrestabes Surabaya itu membawa bom atau tidak, Machfud menyatakan anak itu tidak membawa bom. Sebab, jika membawa bom, bisa dipastikan anggota polisi yang menolong akan terkena bom juga.

Secara umum, jaringan yang melakukan aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo sudah terbaca. Pihaknya sudah melakukan beberapa penangkapan. Pada Senin (14/5) saja, tim dari Mabes Polri dan juga Polda Jatim melakukan tujuh penindakan serta akan memburu guru mengaji pelaku teror itu.

"Pelayanan publik sudah berjalan biasa. Tidak siaga 1, tapi pengamanan ditingkatkan. Masyarakat bisa beraktivitas normal. Toko dan mal sudah berjalan seperti biasa. Ini yang diharapkan. Kami waspada dan mohon doa untuk bekerja dan menyelasaikan ini dengan tepat," tuturnya.

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement