Selasa 15 May 2018 15:01 WIB

BPS: Ekspor Indonesia Turun 7,19 Persen

Penurunan ekspor terjadi di ekspor migas maupun nonmigas.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Teguh Firmansyah
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor April 2018 mencapai 14,47 miliar dolar AS atau menurun sebesar 7,19 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, jika dibandingkan dengan April 2017, terjadi peningkatan ekspor sebesar 9,01 persen.

Kepala BPS Suhariyanto memerinci, penurunan ekspor April 2018 terjadi di ekspor migas maupun nonmigas. Ekspor nonmigas turun 6,8 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 13,28 miliar dolar AS. Sementara itu, ekspor migas turun 11,32 persen menjadi 1,19 miliar dolar AS.

Berdasarkan sektor, ekspor produk pertambangan mengalami penurunan sebesar 16,03 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 2,34 miliar dolar AS. Secara tahunan, ekspor tambang masih meningkat sebesar 12,76 persen.

Industri manufaktur juga mengalami penurunan sebesar 4,83 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 10,64 miliar dolar AS. Secara tahunan, ekspor industri manufaktur masih naik sebesar 7,7 persen.

"Dengan share tambang yang sebesar 16,16 persen dan industri pengolahan sebesar 73,58 persen dari total ekspor, pengaruhnya lumayan signifikan," ujar Suhariyanto.

Secara kumulatif, ekspor dari Januari hingga April 2018 sebesar 58,74 miliar dolar AS atau naik 8,77 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pangsa ekspor nonmigas Indonesia, kata Suhariyanto, juga tidak banyak berubah. Pada Januari hingga April 2018, ekspor ke Cina masih mendominasi dengan porsi sebesar 15,24 persen atau sebesar 8,16 miliar dolar AS. Kemudian, disusul oleh Amerika Serikat dengan porsi 10,94 persen atau sebesar 5,85 miliar dolar AS dan Jepang dengan porsi 10,23 persen atau sebesar 5,47 miliar dolar AS.

Minimnya ekspor berpengaruh terhadap neraca perdagangan secara keseluruhan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar 1,63 miliar dolar AS pada April 2018. Neraca dagang kembali mengalami defisit, meski pada Maret lalu sempat mengalami surplus sebesar 1,09 miliar dolar AS. Secara kumulatif dari Januari hingga April 2018, neraca dagang mengalami defisit 1,31 miliar dolar AS.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement