Selasa 15 May 2018 17:30 WIB

PP Aisyiyah: Selamatkan Institusi Keluarga dari Terorisme

Keluarga dan anak-anak merupakan basis kehidupan yang sangat penting dan luhur.

Rep: Neni Ridarineni/ Red: Yusuf Assidiq
Jumpa pers dan pembacaan pernyataan sikap PP Aisyiyah.
Foto: Neni Ridarineni.
Jumpa pers dan pembacaan pernyataan sikap PP Aisyiyah.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --  Peristiwa bom bunuh diri di Surabaya pada 13 Mei yang pelakunya melibatkan perempuan dan anak-anak dalam satu keluarga membuat prihatin semua pihak termasuk Pimpinan Pusat Aisyiyah (PPA). Untuk itu, PPA menyampaikan pandangan dan pernyataan sikapnya yang disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Noordjannah Djohantini, dalam jumpa pers di ruang pertemuan kantor PP Aisyyah di Yogyakarta, Selasa (15/5).

Seperti ditegaskan Noordjanah, pihaknya mengecam keras tindakan terorisme tersebut sebagai perbuatan biadab, dhalim, dan fasad fil-ardl (pengrusakan di muka bumi). Terkait hal itu, PP Aisyiyah menyampaikan tujuh butir pandangan dan pernyataan sikapnya. Pertama, kata dia, pihaknya menyampaikan duka cita mendalam kepada korban beserta keluarganya.

"Mengecam keras terorisme yang terjadi di Surabaya dan Sidoarjo serta berharap agar peristiwa yang mengerikan itu tidak terjadi lagi di Tanah Air," ujarnya.

Ia lantas meminta kepolisian dan pihak-pihak yang berwenang agar mengurus tuntas terorisme sampai ke akarnya dengan objektif, transparan, dan seksama sesuai dengan hukum yang berlaku. Serta berkhidmat untuk menyelamatkan kemanusiaan dan kehidupan bangsa. Kepada semua pihak agar bersatu melawan terorisme. Karena, menurutnya, terorisme menghancurkan umat manusia dan masa depan bangsa.

Kedua, PP Aisyiyah sangat prihatin dan tidak menoleransi segala bentuk terorisme termasuk yang melibatkan institusi keluarga dan anak-anak apapun motif dan tujuannya. Keluarga dan anak-anak merupakan basis kehidupan yang sangat penting dan luhur.

"Oleh karenanya jangan dikorbankan untuk kepentingan-kepentingan yang merusak kehidupan dan masa depan generasi bangsa. Karena itu selamatkan keluarga dan anak-anak dari segala bentuk terorisme , kekerasan, anarki, dan perbuatan yang dilarang agama, serta merugikan hajat hidup kemanusiaan, keumatan, dan kebangsaan," jelasnya.

Kemudian ketiga, kepada semua pihak agar tidak memberikan toleransi sekecil apapun terhadap segala bentuk terorisme karena merusak kehidupan. Bersamaan dengan itu ciptakan institusi keluarga, masyarakat, dan bangsa yang damai, aman, dan selamat sebagai wujud pertanggungjawaban moral dan kemanusiaan.

Ia juga meminta agar menjadikan agama sebagai sumber nilai utama dan mendasar dalam kehidupan yang luhur, bermakna, dan memberi rahmat bagi semesta alam serta jangan disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan apapun yang merugikan kehidupan manusia dan lingkungan.

Pada butir penyataan sikap keempat, PP Aisyiyah berpendapat anak merupakan titipan Allah dan mutiara berharga yang harus dirawat dan ditumbuhkembangkan potensi kemanusiaannya secara bertanggungjawab baik oleh orang tua maupun masyarakat. "Karenanya, jauhkan anak-anak dari keadaan dan perbuatan yang merusak kehidupannnya seperti tindakan teror, kekerasan, intimidasi, indoktrinasi, serta segala tindakan yang anarkis dan merugikan kehidupannya. Melibatkan anak-anak sebagai pelaku teror merupakan perbuatan dosa dan aniaya yang tidak dibenarkan oleh agama dan nilai-nilai luhur kehidupan," kata Noordjannah.

Kelima, disebutkan bahwa perempuan Indonesia merupakan kekuatan strategis dalam membangun karakter dan peradaban bangsa. Karenanya Aisyiyah mengajak semua pihak agar menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian dalam membangun kehidupan bangsa yang pro kedamaian, keadilan, dan tegaknya nilai-nilai kemuliaan.

Peran perempuan dalam menyebarkan nilai-nilai kebaikan dan keutamaan sangatlah penting. "Karenanya harus dicegah segala tindakan yang memanfaatkan perempuan untuk tindakan teror dan kekerasan agar tidak merusak tatanan kehidupan milik bersama," jelasnya.

Selanjutnya, butir keenam, manusia sebagai mahluk Allah yang diciptakan dalam keadaan mulia dan hidup dalam berbangsa-bangsa dan bergolong-golongan untuk saling mengenal, maka satu sama lain harus saling mencintai, menyayangi, damai, toleran, menghormati, menjunjung tinggi martabat kemanusiaan. Membunuh satu nyawa manusia sama dengan membunuh seluruhnya.

Sebaliknya, imbuh Noordjannah, menyelamatkan satu nyawa berarti menyelamatkan seluruh umat manusia. Karenanya tindakan terorisme selain bertentangan dengan nilai-nilai agama juga merendahkan, meretakkan, meluruhkan, dan menghancurkan martabat dan kemuliaan manusia. Untuk itu Aisyiyah mengajak semua elemen bangsa untuk terus menerus melakukan edukasi nilai-nilai keutamaan melalui keluarga, masyarakat, dan institusi pendidikan.

Adapun ketujuh, kepada semua pihak agar tetap menjaga ketenangan, kedamaian, persaudaraan, dan ketertiban. Tindakan terorisme di Surabaya maupun tempat manapun jangan membuat  keluarga besar bangsa Indonesia retak, saling curiga, dan bermusuhan.

"Selamatkan institusi keluarga, pendidikan, dan lingkungan di negeri ini dari terorisme dan segala bentuk kemungkaran yang merugikan kehidupan umat manusia, termasuk bagi anak-anak. Para elit bangsa diharapkan keteladanannya dalam menciptakan kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang damai dan berperikehidupan utama," kata dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement