REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ribuan warga Kabupaten Indramayu menggelar aksi keprihatinan terhadap terjadinya teror bom yang melanda Surabaya. Mereka pun sepakat untuk bijak menggunakan media sosial dalam menyikapi terjadinya aksi terorisme.
Aksi keprihatinan dilakukan dengan menyalakan 1.000 lilin dan doa bersama di Tugu Perjuangan Kabupaten Indramayu, Selasa (15/5) malam. Karyana Tukul selaku korlap Aksi Keprihatinan 1000 Lilin, mengungkapkan, aksi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indramayu bersimpati dan berempati kepada para korban tragedi bom di Surabaya. Selain itu, aksi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Indramayu tidak takut terhadap para teroris. "Tidak ada satupun ajaran agama yang mengajarkan aksi terorisme," kata Karyana.
Karyana pun mengajak para peserta aksi untuk menggunakan media sosial (medsos) secara bijak dengan tidak menyebarkan ujaran kebencian dan hoax. Peserta aksi juga diminta tidak menyebarluaskan foto-foto tragedi bom. "Itu salah satu cara melawan teroris", tukas Karyana.
Hal senada diungkapkan anggota DPR RI dari dapil Indramayu, Cirebon, Daniel Mutaqien Syafiudin, yang hadir dalam aksi itu. Dia menilai, aksi tersebut menunjukkan anak-anak muda Indramayu memiliki empati dan simpati yang tinggi terhadap para korban tragedi bom Surabaya. "Anak-anak muda Indramayu tidak takut menghadapi aksi teror," tegas Daniel.
Daniel mengungkapkan, tidak ada agama yang mengajarkan kebencian, apalagi Islam. Menurutnya, Islam itu rahmatan lilalamin.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua DPRD Kabupaten Indramayu, Taufik Hidayat, menegaskan, atas nama pribadi dan lembaga, dia mengutuk tragedi bom di Surabaya dan Sidoarjo. "Aksi itu memecah belah kedamaian dan kerukunan umat beragama di Indonesia," tutur Taufik.
Taufik pun meminta kepada seluruh lapisan masyarakat Indramayu untuk waspada terhadap aksi terorisme. Dia juga mengajak masyarakat agar bersama-sama dengan polisi, TNI, tokoh agama serta tokoh masyarakat untuk menjaga lingkungan masing-masing agar tragedi bom tidak terjadi di Indramayu.