REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) pada Rabu (16/5), membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan Korea Selatan (Korsel). Korut juga mengancam akan membatalkan pertemuan dengan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang dijadwalkan berlangsung bulan depan.
Pembatalan ini lantaran Korsel dan AS melakukan latihan militer. Korut mengklaim latihan itu sebagai bentuk invasi. "AS harus hati-hati merenungkan nasib KTT Korut-AS yang direncanakan. KTT di tengah keributan militer provokatif yang ditimbulkan oleh pihak berwenang Korsel. Kami akan memantau bagaimana AS dan pemerintah Korsel bereaksi," kata Korut.
Pernyataan oleh media negara Korut, KCNA dirilis beberapa jam sebelum kedua pejabat Korea bertemu di sebuah desa perbatasan. Dalam pertemuan itu, kedua Korea berencana membahas penerapan perjanjian terbaru untuk mengurangi ketegangan militer di sepanjang perbatasan. Pertemuan ini juga guna meningkatkan hubungan kedua negara secara keseluruhan.
AS dan Korsel melakukan latihan Max Thunder selama dua pekan. Latihan yang dimulai pada Senin dilaporkan melibatkan sekitar 100 pesawat. Menurut Korut, ini merupakan sebuah provokasi militer yang disengaja dan tantangan nyata untuk pertemuan puncak antara Kim dan Presiden Korsel Moon Jae-in.
Baca juga, Korut dan Korsel Setuju Adakan Perundingan Militer.
KCNA mengatakan pesawat AS yang dimobilisasi untuk latihan tersebut termasuk pengebom B-52 dan jet tempur F-22. Latihan militer tahunan antara Washington dan Seoul telah lama menjadi sumber utama perseteruan antara Korea.
Korsel menyesalkan pembatalan KTT ini. Mereka berharap Korut menarik kembali keputusannya dan KTT kembali dilanjutkan.
Juru bicara Kementerian Unifikasi Seoul Baek Tae-hyun mengatakan, keputusan Korut bertentangan dengan semangat pertemuan antar-Korea bulan lalu. Saat itu para pemimpin Korea membahas tentang denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea dan menjanjikan perdamaian permanen.
Dia tidak memberikan jawaban langsung terkait potensi pembatalan pertemuan Trump dan Kim karena masalah ini. Di Washington, Departemen Luar Negeri AS menekankan, Kim sebelumnya mengindikasikan bahwa dia memahami kebutuhan dan tujuan AS melanjutkan latihan jangka panjangnya dengan Korsel.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert mengatakan AS belum mendapat informasi langsung dari Pyongyang atau Seoul terkait nasib KTT Kim-Trump.
"Kami akan terus melanjutkan dan merencanakan pertemuan antara Presiden Trump dan Kim Jong-un," kata Nauert.
Kolonel Angkatan Darat Rob Manning mengatakan latihan yang dilakukan AS-Korsel adalah bagian dari program pelatihan tahunan rutin AS dan Korsel untuk mempertahankan landasan kesiapan militer. Manning mengatakan, Max Thunder dan latihan Foal Eagle untuk meningkatkan kemampuan kedua negara dalam beroperasiersama membela Korsel.
"Sifat pertahanan dari latihan gabungan ini telah jelas selama beberapa dekade dan belum berubah," kata Manning.