Rabu 16 May 2018 18:58 WIB

OPCW: Serangan di Douma Gunakan Gas Klorin

Serangan senjata kimia ke Douma pada April lalu menewaskan sedikitnya 70 orang

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah.
Foto: AP Photo/Bassem Mroue
Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), pada Rabu (16/5), menerbitkan laporan terbaru terkait hasil investigasinya di Douma, Suriah. OPCW memastikan senjata kimia telah digunakan dalam serangan ke wilayah tersebut pada April lalu.

"Misi pencarian fakta menetapkan bahwa klorin dilepaskan dari slinder oleh dampak mekanis di lingkungan Al Talil dan Saraqib," kata OPCW dalam sebuah pernyataan, dikutip laman kantor berita Turki, Anadolu Agency.

Selain keberadaan dua slinder yang mengandung klorin, kesimpulan misi pencarian fakta OPCW juga didasarkan pada keterangan saksi mata, sampel yang menunjukkan keberadaan klorin di lokasi yang janggal atau tak biasa, dan jumlah pasien di fasilitas medis sesaat setelah serangan terjadi.

Baca juga:

Puluhan Orang Mati dalam Kondisi Mengenaskan di Douma

Korban Serangan Kimia di Douma Dikubur Diam-Diam

"Jumlah pasien di fasilitas medis setelah insiden menunjukkan tanda dan gejala konsisten dengan paparan klorin serta bahan kimia beracun lainnya," kata OPCW.

Hasil penyelidikan OPCW ini telah dibagikan kepada pihak Konvensi Senjata Kimia. Laporan ini nantinya akan diteruskan ke Dewan Keamanan PBB.

Pada 7 April lalu, Douma, sebuah wilayah di Ghouta Timur yang masih dikuasai kelompok pemberontak Suriah, menjadi target serangan gas beracun. Serangan yang sejak semula diduga menggunakan senjata kimia tersebut menewaskan sedikitnya 70 orang.

Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis menuding rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai aktor atau dalang aksi penyerangan tersebut. Ketiga negara kemudian melancarkan serangan udara ke Suriah, tepatnya ke Damaskus.

Serangan secara khusus menargetkan fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi tempat pengembangan senjata kimia rezim Suriah. Pemerintah Suriah mengecam serangan tersebut.

Suriah menyatakan serangan yang dilancarkan AS, Inggris, dan Prancis dengan dalih merespons penggunaan senjata kimia di Douma merupakan kebohongan. Serangan itu, menurut Pemerintah Suriah, merupakan aksi balasan karena proksi teroris yang dikendalikan ketiga negara di Ghouta Timur berhasil ditumpas dan dikalahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement