REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inspektur Dua (Ipda) Auzar menjadi korban dalam penyerangan Mapolda Riau oleh kelompok teroris pada Rabu (16/5). Ia tewas usai tertabrak seorang terduga teroris yang melarikan diri.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Hubungan Masyarakat Polri Brigadir Jenderal Polisi Mohammad Iqbal yang pernah bertugas di Pekanbaru bersama Auzar menuturkan, Auzar adalah orang yang disegani semua orang karena sering membantu. "Kalau anak buah gesit, cekatan, tidak pernah mengeluh, pro aktif, siapa saja dibantu dan dia terkenal memang," kata Iqbal di Markas Besar Polri, Jakarta, Rabu.
Auzar juga diketahui merupakan orang dekat Wakapolri Komjen Pol Syafruddin saat Syafruddin masih bertugas di Pekanbaru. Keseharian Auzar menurut Iqbal adalah sosok yang agamis, sangat islami, dekat dengan masjid dan mushala.
Di sela tugasnya sebagai polisi, Auzar juga mengajar mengaji dan menjadi muazin selama karirnya sebagai polisi. "Pokoknya dari tamtama ke bintara akhirnya perwira," kata Iqbal.
Auzar, dalam waktu satu atau dua tahun lagi akan memasuki masa pensiun. Sejatinya, Auzar berpangkat Inspektur dua. Namun, penyerangan Mapolda Riau yang menewaskannya pun membuatnya mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa menjadi Inspektur Satu.
"Jadi iptu luar biasa. Karena saat menunaikan tugas negara," ucap Iqbal. Bertugas di satuan lalu lintas, Auzar bertugas menutup arus dan melakukan sterilisasi di situasi khusus.
(Baca: Ipda Auzar, Ustaz yang Meninggal Ditabrak Teroris Usai Dhuha)
Iqbal mengaku, ia yang sempat bertugas di Pekanbaru sejak tahun 2000 hingga tahun 2005 mengetahui Auzar sebagai putra daerah asli Pekanbaru. Seluruh polisi di Pekanbaru, menurut Iqbal tidak ada yang tidak mengenal Auzar. Apalagi, Auzar dikenal baik dan menonjol dalam kinerjanya.
"Simpati baik rekan kerja, bawahannya maupun pimpinan nya. Mukanya begitu saja. Mau panas dingin tidak capek senyum terus. Saya yakin sudah di sisi Allah," ucap Iqbal.
Iqbal pun mengingat kesan dengan Auzar. Saat Iqbal baru tiba di Pekanbaru, Iqbal tidak tahu harus pergi kemana. "Saya kan pertama di sana nggak tahu ke mana. Beliau nawarin klo mau kos dibawa ke Jalan Sumatera. Jadi dia selalu ingin membantu. Maka saya dengar itu saya sedih," ucap Iqbal.