REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Brigadir John Hendrick, yang kini telah mendapat kenaikan pangkat menjadi Bripka Luar Biasa, mengungkapkan bahwa kejadian penyerangan teroris di Mapolda Riau pada Rabu (17/5) kemarin begitu cepat. Teroris datang dengan mobil minibus dan penyerangan terjadi begitu saja.
(Baca: Pelaku Penyerangan Mapolda Riau Anggota JAD)
Meski begitu, sebagai aparat kepolisian yang berjaga di provost, John tetap menjalankan tugasnya dalam melakukan pengamanan. Satu hal yang paling diingat John, pagi kemarin tiba-tiba saja datang tiga orang membawa senjata tajam jenis samurai dan siap mengayunkannya ke arah petugas.
Sigap, ia sempat menembakkan pistolnya ke arah salah satu pelaku penyerangan. Meski tubuhnya sudah tertembus peluru hingga tiga kali, ternyata pelaku masih punya cukup tenaga untuk menyabetkan samurainya ke arah tangan John.
"Sempat menembak ke pelaku tiga kali, sudah kena. Tapi dia (pelaku) menebaskan samurainya ke lengan saya," ujar John saat dikunjungi Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di RS Bhayangkara, Kamis (17/5).
Aktivitas di Mapolda Riau, baik pelayanan masyarakat dan pengamanan reguler, berangsur kondusif, Kamis (17/5). Meski begitu, pengamanan untuk masuk ke lingkungan Mapolda Riau memang diperketat.
Cosmar (28 tahun), adik John Hendrick yang ikut mendampingi di rumah sakit, mengatakan bahwa abangnya sempat kehabisan peluru sebelum akhirnya terduga teroris menyabetkan samurainya ke arah petugas. Abangnya, John, sebetulnya memilih melawan demi melumpuhkan terduga teroris namun kehabisan peluru dan memberi kesempatan bagi pelaku untuk menyerang abangnya.
Beruntung, ada petugas lainnya yang dengan sigap kembali menembak terduga teroris dan melumpuhkan pelaku. "Aksi baku serang antara abang saya dengan terduga teroris terjadi dalam jarak 2 meter saja," jelas Cosmar.
Cosmar menyebutkan, abangnya telah menjalani operasi pemasangan pen di jari tangan kanannya. Ia mengatakan, Kapolri sempat menyampaikan pesan kepada John agar tetap semangat dan tak takut dalam melawan tindak kejahatan.
(Baca: Mapolda Riau Kibarkan Bendera Setengah Tiang Tiga Hari)
Kapolri juga mengungkapkan harapannya agar kesehatan John segera pulih. Aparat lain yang juga menjadi korban tebasan samurai terduga teroris adalah Kompol Farid Abdullah, yang juga mendapat kenaikan pangkat menjadi AKBP.
Meski kondisinya kini membaik, namun Farid masih belum bisa berkomunikasi dengan lancar. Tekanan darahnya juga cepat naik bila dikunjungi banyak orang.
Kapolri pun tak bisa berlama-lama menjenguk Farid yang siang tadi tekanan darahnya menyentuh 160/190. Feliatri (60 tahun), kakak kandung Farid, menyebutkan bahwa adiknya mendapat luka sabetan samurai di punggung bagian atas dan kepala bagian belakang. "Lukanya cukup dalam," katanya.
Menurut keterangan dari keluarga, samurai yang digunakan oleh terduga teroris sebelumnya sudah dilumuri racun. Hal ini, katanya, membuat luka menjadi lebih parah dari seharusnya.
Rabu (16/5) malam, Farid sudah menjalani operasi di RS Bhayangkara Polda Riau, dan kondisinya mulai membaik. Hanya saja Farid belum bisa berkomunikasi dengan baik. "Bahkan saat Kapolri datang membesuk, dia cuma bilang terimakasih lirih dan kebanyakan senyum saja," katanya.
Keduanya kini memperoleh kenaikan pangkat. Sertifikat kenaikan pangkat diberikan langsung oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di RS Bhayangkara Polda Riau.
"Saya berikan penghargaan kepada anggota baik yang menjadi korban atau mereka yang berhasil melumpuhkan tersangka," jelas Tito di Mapolda Riau, Kamis (17/5).
Kenaikan pangkat juga diberikan kepada Ipda Auzar yang gugur akibat ditabrak mobil yang dikendarai terduga teroris. Ia mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Iptu Luar Biasa Anumerta.
Ia mengatakan, pemberian pangkat ini diberikan kepada para anggota Polri yang terlibat dalam upaya penanggulangan aksi teror kemarin untuk memberikan motivasi, agar aparat tak takut dalam menghadapi teror. Ia berharap seluruh jajaran tetap meningkatkan kewaspadaan dan tak surut keberanian dalam mencegah dan menanggulangi aksi terorisme.