REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah kehilangan muka terkait konflik Gaza. Peristiwa itu telah menyebabkan terenggutnya 100 nyawa warga Palestina yang ditembak mati militer Israel.
"PBB telah melemah dan hancur dalam menghadapi semua peristiwa ini. PBB telah berakhir," kata Recep Tayyip Erdogan, Kamis (17/5).
Puluhan warga Palestina itu tewas saat melakukan aksi protes menolak kepindahan Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) ke Yerusalem. Lebih dari 2.700 demonstran terluka dalam aksi yang digelar pada Senin (14/5) di sepanjang pagar perbatasan dengan Gaza. Setidaknya 1.350 orang yang terluka karena tembakan.
Erdogan mengatakan, mayoritas komunitas internasional gagal memberikan reaksi terhadap peristiwa di Gaza. Dia mengingatkan dunia internasional tidak terus berdiam diri jika tidak ingin membuka 'pintu yang sangat berbahaya'.
"Jika bullying Israel terus didiamkan maka dunia akan dengan cepat terseret ke dalam kekacauan di mana premanisme akan terus berjaya," ujar Erdogan.
Erdogan menyebut pembantaian yang dilakukan Israel sebagai sebuah genosida. Dia meminta negara anggota Dewan Keamanan PBB untuk lebih aktif terkait konflik yang pecah di Gaza.
Erdogan mengatakan, negaranya akan terus membantu evakuasi warga Palestina yang mengalami cedera. Dia menegaskan, Turki akan terus bersama Palestina apapun yang akan terjadi.
Dia mengatakan, Turki akan membantu Palestina bukan hanya menggunakan hati tapi juga sumber daya yang mereka miliki. Erdogan menegaskan, Turki tidak akan membiarkan kekejaman yang dilakukan Israel terus terjadi meski seluruh dunia menutup mata mereka
"Kami tidak akan pernah membiarkan Yerusalem dicuri oleh Israel," kata Erdogan.