REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Aksi sebar pesan 2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden yang dilakukan pasangan calon gubernur-wakil gubernur (cagub-cawagub) Jawa Barat nomor urut 3 Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) menarik perhatian Indonesia Strategic Institute (Instrat). Lembaga survei yang konsern pada isu-isu strategis, politik, dan sosial humaniora itu kembali mengeluarkan hasil surveinya yang menjadi bagian dari survei keempat dalam serial survei persepsi publik jelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jabar 2018 yang telah dilakukan Desember 2016, Desember 2017, Januari 2018, dan Mei 2018.
peneliti Analis Instrat, Henry Baskoro, mengatakan, berdasarkan hasil survei, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat kecenderungan tidak ada korelasi antara pemilih pada Pilgub Jabar 2018 dan pemilih Pemilihan Presiden 2019 mendatang. "Pernyataan dan tindakan unjuk kaos bertuliskan Ganti Presiden 2019 yang dilakukan paslon Asyik diprediksi tak akan mampu menaikkan secara signifikan perolehan elektabilitasnya," ujar Henry dalam siaran persnya, kemarin.
Perlu diketahui, dalam sesi closing statement Debat Publik Pilgub Jabar 2018 yang digelar di Balairung Universitas Indonesia (UI) Depok, Senin (14/5) malam, pasangan cagub-cawagub yang diusung Gerindra, PKS, dan PAN itu menyampaikan pesan '2018 Asyik Menang, 2019 Ganti Presiden'. Tindakan tersebut kemudian memicu kerusuhan di antara para pendukung pasangan cagub-cawagub, khususnya pendukung pasangan cagub-cawagub Jabat nomor urut 2 Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan (Hasanah) yang tampak terprovokasi.
Henry mengatakan, mengacu pada hasil surveinya, jika Pilpres digelar pada hari dimana survei dilaksanakan dan hanya diikuti dua pasangan calon presiden, yakni Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi), hasilnya pemilih Prabowo di Jabar masih lebih tinggi ketimbang pemilih Jokowi. "Prabowo dipilih oleh 47,6 persen responden, sedangkan Jokowi 40,8 persen, dan 11,7 persen lainnya belum atau tidak menentukan pilihan," katanya.
Namun, kata Henry, saat data pemilih Prabowo dan Jokowi ditabulasi silang dengan pilihan Gubernur Jabar 2018 mendatang, hasilnya 40,9 persen pemilih Prabowo memilih pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, 31,7 persen memilih pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, 11 persen memilih pasangan Sudrajat-Syaikhu, dan hanya 2,5 persen yang memilih pasangan Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan. "Sebanyak 14 persen responden menyatakan belum atau tidak menentukan pilihan," katanya.
Sementara, saat pemilih Jokowi ditabulasi silang dengan pilihan Gubernur Jabar 2018, hasilnya 42,6 persen memilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, 27,7 persen memilih Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, 6,8 persen memilih Tubagus Hasanudin-Anton Charliyan, dan 4,2 persen memilih Sudrajat-Ahmad Syaikhu. Sedangkan 18,7 persen sisanya belum atau tidak menentukan pilihan.
"Sekalipun mayoritas pemilih Jabar adalah pemilih Prabowo yang sebelumnya diusung oleh Partai Gerindra dan PKS, namun prediksinya memang takkan mampu menaikkan secara signifikan elektabilitas Asyik," katanya.
Henry mengatakan, pengumpulan data dilakukan antara 3-6 Mei 2018 melalui wawancara terstruktur face to face terhadap 1.800 responden berusia minimal 17 tahun atau sudah menikah. Metodologi survei multistage random sampling di 422 desa/kelurahan dari 333 kecamatan di 27 kabupaten/kota di Jabar dengan margin of error sebesar sekitar 2,31 persen.