Kamis 17 May 2018 17:34 WIB

Rouhani Salahkan Negara Arab Soal Kekerasan Atas Palestina

Rouhani tegaskan zionis dan AS tak bisa pisahkan muslim dari Yerussalem

Rep: Rizkyan Adhiyuda/ Red: Bilal Ramadhan
Presiden Iran Hassan Rouhani
Foto: Iranian Presidency Office via AP
Presiden Iran Hassan Rouhani

REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani menyalahkan beberapa negara Arab dan islam yang dia nilai tidak berbuat apapun dalam insiden pembunuhan massal warga Palestina oleh Israel. Dia mengaku menyesali sikap yang ditunjukan oleh negara-negara itu.

"Sangat disesali bahwa sebagian negara arab diam saja terkait kekerasan terhadap warga yang memiliki hak atas tanah mereka yang telah dijajah," kata Hassan Rouhani seperti diwartakan Xinhua, Kamis (17/5).

Dia mengkritik kebijakan Israel yang menyebut jika penembakan dilakukan atas dasar pertahanan diri. Menurut Rouhani, alasan yang dibuat pemerintah Israel itu sungguh sangat tidak masuk akal.

Dia melanjutkan, warga Palestina tidak akan menyerah dalam perjuangan mereka seperti yang sudah mereka lakukan dalam tujuh dekade terakhir. Rouhani menegaskan, rezim zionis dan Amerika Serikat (AS) tidak akan bisa memisahkan muslim dengan tanah mereka yakni Al-Quds (Yerusalem).

Seperti diketahui, 100 warga Palestina tewas saat melakukan aksi protes menolak kepindahan Kedutaan Besar AS ke Yerusalem. Lebih dari 2.700 demonstran terluka dalam aksi yang digelar pada Senin (14/5) di sepanjang pagar perbatasan dengan Gaza.

Iran secara khusus mengecam dipindahkannya kedutaan besar tersebut. Tehran juga mencela tindak kekerasan sewenang-wenang yang dilakukan militer terhadap warga Palestina. Setidaknya 1.350 orang yang terluka karena tembakan.

Belakangan, liga Arab yang berpusat di Kairo, berencana mengadakan pertemuan darurat guna membahas Yerusalem. Pertemuan digelar setelah AS memindahkan Kedutaan Besarnya untuk Israel ke kota suci Yerusalem yang menjadi sengketa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement