Jumat 18 May 2018 17:40 WIB

Gina Haspel, Wanita Pertama yang Pimpin CIA

Gina dikenal karena pernah menggunakan teknik interogasi waterboarding.

Rep: Fira Nursya'bani/Rizkyan Adiyudha/ Red: Ani Nursalikah
Direktur baru CIA Gina Haspel.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Direktur baru CIA Gina Haspel.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Senat AS mengonfirmasi Gina Haspel (61 tahun) sebagai direktur wanita pertama CIA, Kamis (17/5). Keputusan ini mengakhiri perdebatan mengenai kelayakan Haspel karena pernah menggunakan teknik waterboarding dalam menginterogasi tahanan.

Dalam pemungutan suara, pencalonannya mendapatkan dukungan dengan perolehan suara 54-45 oleh 100 anggota Senat. Enam anggota Partai Demokrat bergabung dengan mayoritas anggota Partai Republik untuk mendukung Haspel, sementara hanya dua anggota Partai Republik yang menentang.

Haspel dikonfirmasi, meski ada tentangan keras terhadap hubungannya dengan metode interogasi waterboarding pada tahun-tahun setelah serangan 11 September di New York. Metode ini dilakukan dengan menenggelamkan tahanan dalam posisi gantung.

Haspel pada 2002 menjabat sebagai Kepala CIA di Thailand. Dia dituduh melakukan interogasi waterboarding di penjara rahasia di negara itu. Tiga tahun kemudian, dia dilaporkan telah memerintahkan penghancuran rekaman video dari interogasi tersebut.

(Calon Direktur CIA Tuai Dukungan Meski Dituduh Siksa Tahanan)

Senator Republik John McCain, yang telah meninggalkan Washington saat dia tengah berjuang melawan kanker otak, mendesak Senat untuk tidak memilih Haspel. Dia sendiri tidak mengikuti pemungutan suara.

McCain, yang pernah menjadi tawanan perang di Vietnam, mengatakan persetujuan terhadap Haspel akan mengirim pesan yang salah. Menurut dia, negara seharusnya mendukung penggunaan metode interogasi yang aman dan menjunjung nilai-nilai yang telah dicita-citakan.

Namun, Haspel mendapat dukungan kuat dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump, pejabat intelijen, dan banyak anggota parlemen, termasuk Partai Demokrat. Senator dari Partai Demokrat Mark Warner yang ada di Komite Intelijen dan mengawasi pencalonan Haspel turut mendukung pencalonannya.

"Saya percaya dia adalah seseorang yang bisa dan akan membela presiden, yang akan mengatakan kebenaran kepada penguasa jika presiden memerintahkannya untuk melakukan sesuatu yang ilegal atau tidak bermoral, seperti penyiksaan itu," kata Warner, dalam pidato Senat sebelum pemungutan suara dilakukan.

Kelompok-kelompok HAM dengan cepat mengecam pemungutan suara itu. Laura Pitter dari Human Rights Watch menyebutnya sebagai kegagalan AS untuk mengatasi pelanggaran masa lalu.

Trump mengajukan Haspel sebagai direktur CIA pada Maret lalu untuk menggantikan Mike Pompeo yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri. Gina sebelumnya menjabat sebagai wakil direktur CIA dan kemudian menjadi pelaksana tugas direktur CIA untuk menggantikan Pompeo sementara.

Presiden Trump melalui akun Twitter pribadinya telah mengucapkan selamat kepada Haspel. "Selamat untuk Direktur CIA baru kita, Gina Haspel!" tulis Trump.

Sebelumnya, Haspel menawarkan diri untuk mundur dari pencalonannya sebagai direktur CIA. Niatan itu muncul di tengah kekhawatiran tentang perdebatan mengenai program interogasi yang keras akan menodai reputasi Haspel dan CIA.

Namun, pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa pencalonan Haspel sebagai Direktur CIA masih sesuai rencana dan tidak akan mundur. Berita soal rencana mundurnya Haspel pertama kali dilaporkan the Washington Post pada Ahad (6/5).

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement