Jumat 18 May 2018 19:05 WIB

Terkait Senjata Kimia Suriah, Aset Perusahaan Ini Dibekukan

Perusahaan-perusahaan itu berbasis di Suriah, Lebanon, dan Cina

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
 Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah.
Foto: AP Photo/Bassem Mroue
Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis akan membekukan aset sejumlah perusahaan selama enam bulan karena diduga memiliki keterkaitan dengan program senjata kimia Suriah. Perusahaan-perusahaan itu berbasis di Suriah, Lebanon, dan Cina.

Menurut daftar resmi yang dikeluarkan pemerintah Prancis pada Jumat (18/5), perusahaan yang dibekukan asetnya adalah Sigmatec dan Al Mahrous Group yang keduanya berbasis di Damaskus. Selain itu ada perusahaan Technolab yang berbasis di Lebanon dan sebuah perusahaan perdagangan di Guangzhou, Cina.

Baca juga, OPCW: Serangan di Douma Gunakan Gas Klorin

Dua warga negara Suriah dan seorang warga kelahiran Lebanon pada 1977 yang kewarganegaraannya tidak disebutkan, juga akan menghadapi pembekuan aset. Keputusan ini ditandatangani langsung oleh Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire.

Pada Januari lalu, Prancis memberikan sanksi kepada 25 individu dan perusahaan yang berbasis di Suriah, Prancis, Lebanon, dan Cina, atas kecurigaan yang sama. Perusahaan-perusahaan yang ditargetkan termasuk importir dan distributor logam, elektronik, logistik, dan pengiriman.

Al Arabiya melaporkan, 30 negara telah melakukan pertemuan di Paris. Mereka merumuskan mekanisme baru guna mengidentifikasi dan menghukum pihak yang bertanggung jawab atas penggunaan agen saraf seperti sarin dan klorin dalam serangan kimia.

Setelah ratusan orang tewas dalam serangan-serangan kimia di dekat Damaskus pada Agustus 2013, kesepakatan penting dengan Rusia telah dibuat untuk menyingkirkan simpanan senjata kimia Pemerintah Suriah. Namun terlepas dari kesepakatan itu, serangan kimia tetap kembali terjadi.

Serangan kimia terakhir terjadi di Kota Douma pada 7 April lalu, yang diduga melibatkan agen saraf sarin dan klorin. Serangan tersebut kemudian memicu serangan balasan dari AS, Prancis, dan Inggris terhadap fasilitas senjata kimia milik Pemerintah Suriah.

Organization for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) pada Rabu (16/5), menerbitkan laporan terbaru terkait hasil investigasinya di Douma. OPCW memastikan senjata kimia yang telah digunakan dalam serangan ke wilayah tersebut adalah klorin.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement