Jumat 18 May 2018 19:40 WIB

Dewan HAM PBB Serukan Penyelidikan Atas Pembantaian di Gaza

Lebih dari 50 warga Palestina tewas oleh tentara Israel di Jalur Gaza pada 14 Mei

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.
Foto: AP Photo/Adel Hana, File
Dalam foto dokumentasi tanggal 14 Mei 2018 ini, petugas medis Palestina dan pengunjuk rasa mengevakuasi seorang pemuda yang terluka selama berlangsungnya protes di perbatasan Jalur Gaza dengan Israel, di sebelah timur Khan Younis, Jalur Gaza. Negara-negara Arab dengan tegas mengutuk pembunuhan lebih dari 50 warga Palestina pada Senin, 14 Mei 2018 dalam protes Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA - Ketua Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB Zeid Ra'ad al-Hussein menyatakan mendukung seruan penyelidikan internasional terhadap puluhan kematian warga sipil dalam aksi protes di Gaza pada Senin (14/5) lalu. Menurutnya, hanya ada sedikit bukti yang menunjukkan Israel telah melakukan upaya untuk meminimalkan korban tewas.

"Hanya ada sedikit bukti dari upaya [Israel] untuk meminimalkan korban pada hari Senin itu," kata Zeid dalam sidang khusus Dewan HAM PBB di Jenewa, Jumat (18/5).

Sidang khusus ini akan mempertimbangkan rancangan resolusi yang telah diajukan oleh Pakistan dan negara-negara Muslim lainnya. Rancangan itu mencakup seruan agar dewan membentuk komisi penyelidikan internasional independen.

Beberapa demonstran di Gaza dilaporkan melemparkan bom Molotov, menggunakan sling-shot, menerbangkan layang-layang ke Israel, dan berusaha menggunakan pemotong kawat di pagar perbatasan. Akan tetapi menurut Zeid, tindakan-tindakan itu tidak tampak sebagai ancaman yang bisa membenarkan penggunaan kekuatan mematikan oleh tentara Israel.

"Perbedaan yang mencolok dalam jumlah korban di kedua pihak juga menunjukkan perlawanan yang sangat tidak proporsional," jelasnya.

Israel dan Amerika Serikat (AS) berulang kali menuduh Dewan HAM PBB yang beranggotakan 47 orang telah bersikap anti-Israel. Duta Besar Israel untuk Dewan HAM PBB, Aviva Raz Schechter, mengatakan seruan untuk membentuk komisi penyelidikan itu bermotif politik dan tidak akan memperbaiki situasi di lapangan.

"Hasil yang tidak menguntungkan dari kerusuhan Senin lalu itu harusnya dikaitkan pada eksploitasi sinis Hamas terhadap penduduknya sendiri dalam kampanye kekerasan terhadap Israel," kata Schechter.

"Sangat disesalkan begitu banyak negara anggota yang membiarkan diri mereka disesatkan oleh narasi palsu dari apa yang disebut aksi protes damai," tambah dia.

Pada Kamis (17/5), Liga Arab juga menyerukan penyelidikan internasional atas aksi kejahatan yang dilakukan tentara Israel terhadap demonstran di perbatasan antara Jalur Gaza dan Israel. "Kami menyerukan penyelidikan internasional yang kredibel terhadap kejahatan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan," kata pemimpin Liga Arab Ahmed Abul Gheit dalam pertemuan luar biasa para menteri luar negeri Arab di Kairo.

Israel telah menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan pasukannya melepaskan tembakan sesuai dengan peraturan militer. Hal itu dilakukan untuk menghentikan upaya serangan teror dan infiltrasi massal oleh Hamas.

"Kami menghadapi agresi secara terang-terangan terhadap hukum internasional dan legitimasi yang diwujudkan oleh relokasi kedutaan AS di negara pendudukan ke Yerusalem," tambah Abul Gheit.

Pertemuan para menteri luar negeri Arab di Kairo dilakukan setelah Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi pada Rabu (16/5) mengatakan pemerintahannya akan berkomunikasi dengan kedua pihak untuk menghentikan pertumpahan darah.

Pemimpin Hamas di Jalur Gaza, Yahya Sinwar, mengatakan kepada Aljazirah pada Rabu (16/5), Mesir mendukung hak rakyat Palestina untuk berjuang dan kembali ke tanah air mereka. Mesir juga menekankan keseriusan untuk tidak membiarkan aksi protes ini menjadi konfrontasi militer bersenjata.

Menteri Intelijen Israel, Israel Katz, turut memuji Mesir karena berkontribusi terhadap pengurangan kekerasan dalam beberapa hari terakhir di perbatasan. Namun ia tidak mengatakan Mesir termotivasi oleh dukungannya bagi Palestina.

Berkaitan dengan perjalanan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh ke Mesir pada Ahad (13/5), Katz mengatakan Mesir tahu dan memiliki bukti bahwa Hamas mendanai aksi protes dan mengirim orang-orang untuk melakukan kerusuhan di perbatasan.

"[Mesir] dengan tegas memperingatkan dia [Haniyeh] bahwa jika protes ini terus berlanjut, Israel akan merespon dan mengambil langkah yang lebih keras dan Mesir tidak akan membantu," ujar Katz kepada Radio Israel, Rabu (16/5).

Sejak 30 Maret lalu, puluhan ribu warga Palestina telah ambil bagian dalam aksi protes mingguan di perbatasan Israel-Gaza. Aksi terbesar dan paling mematikan terjadi pada Senin (14/5), ketika AS meresmikan kedutaan besarnya untuk Israel di Yerusalem.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan 62 warga Palestina tewas dalam bentrokan di hari itu. Tercatat sudah ada 116 warga Palestina yang gugur sejak aksi protes dimulai. Sedangkan, hanya ada satu tentara Israel yang dilaporkan terluka.

Hamas dalam sebuah pernyataan pada Kamis (17/5) mengisyaratkan pihaknya dapat menggunakan senjata sebagai tanggapan atas kekerasan yang dilakukan pasukan Israel. "Kami menekankan kepada musuh Zionis dan para pemimpinnya, semua gerakan perlawanan terhadap orang-orang yang berpartisipasi dalam gerakan damai ini, dapat kami merespon dengan semua kekuatan," kata Hamas.

Hamas menyangkal telah mengorganisir kerusuhan seperti yang telah dituduhkan Israel. Salah satu pejabatnya, Salah Bardawil, mengatakan 50 dari 62 korban yang tewas dalam bentrokan pada Senin (14/5) adalah anggota Hamas.

Saya memberi angka resmi. 50 dari para korban tewas dalam pertempuran baru-baru ini berasal dari Hamas," ungkapnya, Rabu (16/5).

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement