Sabtu 19 May 2018 02:07 WIB

Kemenag Sleman Resmikan Program Santri Mandiri

Pesantren di Sleman memiliki potensi dalam bidang ekonomi kreatif.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Esthi Maharani
Sejumlah santri di sebuah pondok pesantren (ilustrasi)
Foto: Antara/Arief Priyono
Sejumlah santri di sebuah pondok pesantren (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  SLEMAN -- Kementerian Agama Kabupaten Sleman baru saja meresmikan Program Santri Mandiri pada Resepsi Hari Jadi Kabupaten Sleman ke-102. Peresmian ditandai penyerahan secara simbolis blanko-blanko kreasi dari Pondok Pesantren Beji Sidoarum Godean.

Kepala Kemenag Sleman, Sa'ban Nuroni mengatakan, program ini dibuat setelah pihaknya melakukan monitoring ke-33 pesantren yang ada di Sleman. Dalam pantauannya, ia menemukan pesantren-pesantren di Sleman memiliki potensi dalam bidang ekonomi kreatif.

Sayangnya, semua potensi yang ada tidak dikelola dengan baik. Melalui program ini, ia mencoba melibatkan pemerintah dalam membantu meningkatkan potensi-potensi besar yang dimiliki pondok pesantren tersebut.

Ia merasa, selama ini ketika santri selesai menempuh pendidikan di pesanrennya masing-masing, santri belum memiliki bekal yang cukup untuk hidup di masyarakat secara mandiri. Sa'ban berharap, OPD-OPD yang memiliki program pemberdayaan dpaat berpartisipasi.

"Ketika santri tersebut dibekali ilmu agama yang kuat ditambah dengan ilmu keterampilan, tentu akan mempunyai nilai lebih dalam mengembangkan ekonomi produktifnya," kata Sa'ban.

Sa'ban menambahkan, program santri mandiri tidak akan mengganggu kegiatan yang telah berjalan di pondok pesantren. Untuk itu, dalam pelaksanaan, pihaknya akan menyesuaikan dengan jadwal pondok pesantren masing-masing.

Bupati Sleman, Sri Purnomo, memberikan apresiasi kepada pondok pesantren yang tidak hanya memberikan ilmu keagamaan kepada santri-santri. Melainkan, bekal untuk menafkahi hidupnya selain sebagai seorang dai.

Menurut Sri, dengan dibekali keterampilan, kerajinan dan ilmu wirausaha, harapannya ketika mereka ke luar pesantren sudah memiliki bekal. Utamanya, untuk menafkahi hidupnya sebagai seorang dai.

"Sebab, orang hidup butuh bekal ilmu untuk dunia maupun akhirat, jadi tidak hanya sukses di dunia tapi juga akhirat," ujar Sri.

Kepala Seksi Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Nurhuda melihat, banyak santri-santri yang berasal dari anak jalanan yang tidak mendapatkan pendidikan formal. Hal itu didapat saat proses monitoring berlangsung.

Sedangkan, untuk program sebenarnya sudah berjalan sejak awal 2018, dan sudah mengadakan pameran hasil produk pesantren di Sindu Kusuma Edupark. Melalui program ini, capaian yang diharapkan tentu santri memiliki kehidupan yang lebih baik.

"Beberapa ponpes sudah mampu menciptakan produk sendiri, bahkan sudah ada yang memasarkan ke luar daerah seperti Blankon Ponpes Beji dan Puzzle Ponpes Kuno," kata Huda.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement