Menengok Iftar Akbar di Masjid Sheikh Zayed Uni Emirat Arab

Rep: Lida Puspaningtyas / Red: Andi Nur Aminah

Sabtu 19 May 2018 12:06 WIB

Masjid Besar Sheikh Zayed. Foto: EPA Masjid Besar Sheikh Zayed.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Buka puasa bersama sudah jadi agenda rutin setiap masjid besar di negara-negara Muslim. Salah satu yang menarik perhatian adalah iftar di Masjid Sheikh Zayed di Uni Emirat Arab.

Pembuatan makanan Iftar terbesar di UAE ada di sana. Sedikitnya 35 ribu porsi makanan dibuat setiap harinya selama Ramadhan. Tentu itu bukanlah tugas yang mudah. Pasukan koki dan asistennya bekerja keras untuk menghidangkan puluhan ribu makanan saat matahari tenggelam.

Ribuan makanan berbuka puasa disajikan di dalam tenda yang didirikan di halaman rumput luas dari masjid ikonik itu. Sekitar 1.000 orang bekerja sepanjang hari di Armed Forces Officers Club and Hotel untuk menghasilkan makanan berbuka puasa gratis ini.

Tim ini terdiri atas 350 koki, 160 pelayan dan 450 staf layanan. Termasuk mereka yang membeli makanan, mengurus penyimpanan, kebersihan dan keamanan. Semua bekerja bersama-sama untuk sebuah buka puasa akbar.

"Untuk menyajikan kotak makan kepada para tamu puasa setiap senja, kami telah meningkatkan layanan dengan ide-ide baru," kata Koki eksekutif di Armed Forces Officers Club and Hotel di Abu Dhabi, Karsten Gottschalk dilansir Khaleej Times, Sabtu (19/5).

Mereka memperbaiki kotak parsel, mengganti peralatan di dapur untuk lebih banyak ukuran, dan melakukan efisiensi untuk menyiapkan makanan dalam jumlah besar. Mereka juga meningkatkan standar, dekorasi dan akurasi.

Di dapur, 12 ton ayam dan enam ton domba digunakan setiap hari di samping produk dan bahan lain seperti beras, sayuran, tomat, dan bawang, sebanyak 35 ton. Kotak makanan juga diisi makanan pembuka.

Termasuk apel, air, kurma, minuman laban, dan jus buah. Setelah paket makanan dikemas dan dibawa ke Masjid Agung Sheikh Zayed di dekatnya. Sebelas tenda besar berpendingin udara didirikan di taman-taman masjid.

Masing-masing tenda mampu menampung hingga 1.500 orang. Relawan dari Bulan Sabit Merah juga membantu kelompok dari Angkatan Bersenjata UEA untuk mengatur dan mengarahkan orang-orang.

Mereka diminta sudah bersiap sebelum meriam berbunyi mengumumkan akhir dari puasa. Salah seorang peserta iftar akbar, Tim Kasozi mengatakan tahun lalu adalah pertama kalinya dia berpuasa di sana sejak pindah ke ibu kota pada 2015. "Ini tempat yang sejuk dan nyaman," katanya.

Penduduk asal Uganda ini terkesan oleh pengaturan organisasi besar. Apalagi ia tidak pernah memiliki kesempatan untuk berbuka puasa dengan sejumlah besar orang.

Pekerja konstruksi Bangladesh, Omar Abdul Kareem yang tinggal di sebuah akomodasi buruh di Musaffah mengatakan bahwa bus perusahaan mengantar mereka setiap hari ke Iftar besar itu. "Aku pergi ke Masjid Agung Sheikh Zayed setiap hari untuk mengakhiri puasa. Makanan yang disajikan benar-benar enak," katanya.

Abdul Kareem menambahkan bahwa dia selalu buka puasa gratis di sana selama tiga tahun terakhir. "Adalah hal yang baik bagi saya, karena gaji bulanan saya tidak banyak," katanya.

Baik bujangan maupun keluarga dari pusat kota dan ribuan pekerja dari akomodasi buruh di Mussafah, Mafraq dan Baniyas senang berdatangan ke Masjid Agung setiap hari. Mereka menggunakan mobil dan layanan antar-jemput gratis ke dan dari masjid ke akomodasi mereka.

 

 

 

Terpopuler