REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Surabaya menggunakan jalur kemasyarakatan umat untuk memakamkan jenazah terduga teroris. Sebelumnya, pemakaman itu ditolak oleh warga setempat.
Sekretaris Umum MUI Kota Surabaya, Moch Munief, mengatakan MUI sudah melakukan sejumlah pertemuan dengan sejumlah kiai untuk membahas persoalan ini. "Sudah kami selesaikan dengan para kiai dan wali kota Risma melalui jalur kemasyarakatan umat," katanya di Surabaya, Ahad (20/5).
Hal ini sesuai dengan surat Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI). Dalam suratnya, Risma meminta solusi atau fatwa tentang pemakaman terduga teroris yang ditolak warga.
Untuk itu, lanjut dia, MUI Surabaya meminta kepada Risma untuk tetap memperhatikan kemasyarakatan umat. Artinya, jangan sampai permasalahan sepele ini dimanfaatkan beberapa orang untuk menambah gesekan antarelemen masyarakat.
"Kami mohon kepada semua pihak agar semuanya ditangani secara baik," katanya.
IIa juga menjelaskan keputusan ini diambil dengan pertimbangan melihat dua sisi, yakni segi kemanusiaan dan akhlaknya. "Manusia ya tetap manusia. Nanti saat pemakaman ya disesuaikan menurut agama masing-masing. Kalau yang Islam ya disholati dan dikafani," katanya.
Selain itu, Munief juga menegaskan tak segan memberi penjelasan langsung apabila masih ada warga yang tetap menolak ketujuh jenazah terduga teroris. "Nanti kami langsung datangi dan diberikan penjelasan secara baik-baik agar mereka (warga) memahami," ujarnya.
Ditanya kapan jenazah terduga teroris itu dimakamkan, Munief mengaku belum mengetahui secara pasti. Namun, dia menegaskan jenazah terduga teroris tersebut telah mendapat tempat untuk dimakamkan.
"Nanti dibicarakan selanjutnya dengan pihak yang bersangkutan," katanya.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini sebelumnya menyatakan masih menunggu fatwa dari MUI terkait pemakaman jenazah terduga teroris yang ditolak oleh warga setempat. Dia telah mendengar kabar ada sejumlah warga di sekitar Makam Putat Gede, Jarak, Sawahan, Surabaya, menolak rencana pemakaman jenazah terduga teroris di tempat pemakamam umum setempat.
Bahkan warga Putat Jaya tersebut datang ke makam dan kembali menutup lubang pemakaman yang sudah digali. Awalnya, lubang makam itu untuk mengubur jenazah terduga teroris Dita Oepriarto, kepala keluarga pengeboman di GKI Diponegoro, Gereja Santa Maria Tak Bercela Jalan Ngagel dan GPPS Jalan Arjuno, Minggu (13/5).
Dita bersama istri dan empat anaknya yang juga meninggal akibat bunuh diri sebelumnya tinggal di Wisma Indah Blok K-22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya. "Kalau fatwa MUI membolehkan, maka kami harus jelaskan kepada masyarakat," katanya.