Senin 21 May 2018 10:53 WIB

Wawancara Khusus Anwar Ibrahim: Rakyat Ingin Perubahan (1)

Rakyat mendukung karena menginginkan perubahan, bukan penggantian pimpinan semata

Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) berbincang dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).
Foto: Republika/Prayogi
Presiden ketiga RI BJ Habibie (kiri) berbincang dengan mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim seusai melakukan pertemuan di Jakarta, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID  Selepas keluar penjara, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menjadikan Indonesia sebagai tujuan pertama lawatan ke luar negeri. Sekitar pukul 12.00 WIB, pesawat Malaysia Airlines yang mengangkutnya dari Kuala Lumpur mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Anwar hadir ke Indonesia untuk memenuhi undangan presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie. Dalam perjalanan dari bandara menuju kediaman BJ Habibie, Anwar menuturkan banyak hal tentang dinamika di balik kemenangan koalisi Pakatan Harapan (PH) yang dipimpinnya dalam pemilu Malaysia yang baru saja berlangsung kepada wartawan Republika Irfan Junaidi. Berikut penuturannya.

---------------------------

Apa rencana-rencana yang Anda siapkan setelah bebas dari penjara?

Alhamdulillah, sekarang kita sudah dapat menghirup udara bebas, dan rencana saya adalah pertama keliling daerah untuk mengucapkan terima kasih. Urusan pemerintah diserahkan kepada Pak Mahathir (PM Malaysia Mahathir Mohamad) dan Azizah (Wan Azizah, istri Anwar Ibrahim) yang mengawasi agar agenda reformasi tidak tersasar (melenceng). Jadi, itu yang bagi saya paling penting.

Rakyat mendukung kita karena menginginkan perubahan, bukan penggantian pimpinan semata. Tapi, saya sudah bilang Pak Mahathir, saya tidak cenderung untuk menyertai (ikut serta dalam) kabinet saat ini dan atau jabatan apa pun di pemerintahan. Saya ingin menjadi seorang Anwar, anak Malaysia yang bebas.

Peristiwa politik di Malaysia dalam pemilu kemarin cukup mengejutkan. Apa yang sesungguhnya terjadi?

Kalau kita lihat situasi sejak 2013, ternyata ada kelompok kota dan sekitarnya ada hasrat yang kuat (untuk perubahan), tapi belum mampu menjalar ke daerah dan negeri, atau kalau di sini provinsi. Sebab itu kita mampu mencatat kemenangan 52 persen tapi tak cukup untuk menguasai karena sistem, komisi pemilu, dan sebagainya itu sangat tidak bebas. Sangat memihak kepada penguasa.

photo
Wapres Jusuf Kalla menerima kedatangan Pemimpin Oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, Ahad (20/5) malam di kediaman dinas Wapres di Jakarta.

Tapi, kemudian perkembangannya baik. Walaupun komisinya begitu, rakyat sudah tahu, lebih terbuka, dan ini peran media sosial yang sangat besar. Sebab, media di kita semuanya 100 persen dikontrol. Saya di penjara memang tidak ada akses langsung terhadap koran atau televisi, tapi di rumah sakit ada. Jadi, selepas saya pembedahan (operasi) bahu, itu ada. Jadi, saya nonton. Kalau tak ikut menyaksikan, nanti naik tekanan darah (Anwar tertawa), walaupun semuanya kami dihantam.

Namun demikian, masyarakat-masyarakat daerah atau yang di pinggiran semuanya sudah terdedah (terjangkau) media sosial, dan itu sangat memengaruhi. Contoh, saat Azizah pasangkan coat (jas) saya, itu yang menyaksikan 1 juta orang. Jadi, sangat cepat, seperti juga di sini.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement