Senin 21 May 2018 11:48 WIB

Nicolas Maduro Kembali Menang

Maduro berhasil meraih 5,8 juta suara, sedangkan Henry Falcon meraih 1,8 juta suara

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Bilal Ramadhan
Nicolas Maduro merayakan kemenangannya di Pilpres bersama istrinya, Cilia Flores, Ahad (20/5).
Foto: BBC
Nicolas Maduro merayakan kemenangannya di Pilpres bersama istrinya, Cilia Flores, Ahad (20/5).

REPUBLIKA.CO.ID, KARAKAS -- Pemimpin sayap kiri Venezuela Nicolas Maduro kembali memenangkan pemilihan presiden untuk masa jabatan enam tahun, dalam pemungutan suara Ahad (20/5). Pemerintahan sosialis Maduro telah menggantikan pemerintahan Hugo Chavez sejak kematiannya akibat kanker pada 2013.

Dewan pemilihan umum Venezuela yang dipimpin oleh loyalis Maduro mengumumkan, Maduro berhasil meraih 5,8 juta suara. Sementara penantangnya, Henry Falcon, hanya memperoleh 1,8 juta suara.

(Baca: AS tidak akan Akui Hasil Pilpres Venezuela)

"Mereka meremehkan saya," kata Maduro di hadapan para pendukungnya di luar istana kepresidenan Miraflores di pusat ibu kota Karakas, Ahad (20/5).

photo
Pendukung Nicolas Maduro merayakan kemenangan pemimpinnya saat pengumuman perolehan suara Pilpres, Ahad (20/5) malam.

 

Falcon menolak hasil pemilihan itu karena dianggap sebagai proses yang menopang kediktatoran Maduro. Selain menolak hasil pemilu, Falcon juga menyerukan pemungutan suara ulang untuk melawan strategi pemerintah.

"Prosesnya tidak diragukan lagi sangat kurang memiliki legitimasi dan karena itu kami tidak mengakuinya," kata Falcon (56 tahun), yang pernah menjabat sebagai gubernur negara bagian.

Falcon, mantan anggota Partai Sosialis yang bergabung dengan oposisi pada 2010, mengkritik pemerintah karena telah menempatkan hampir 13 ribu loyalis Maduro di dekat tempat pemungutan suara. Sebagian besar warga miskin Venezuela dilaporkan telah diminta untuk memindai kartu tanda penduduknya di tenda-tenda merah setelah pemungutan suara.

Mereka berharap dapat diberi hadiah yang telah dijanjikan oleh Maduro. Penduduk yang telah memindai kartunya akan diberikan kotak makanan dan transfer uang. Lawan-lawan Maduro mengecamnya karena menganggap praktik itu sebagai praktik pembelian suara.

Kandidat presiden ketiga, pastor evangelis Javier Bertucci, juga mengikuti jejak Falcon dalam menolak hasil pemungutan suara dan turut menyerukan pemilihan ulang. Menurut data dewan pemilihan, angka partisipasi pemilih dalam pemilihan presiden Venezuela kali ini hanya 46,1 persen. Angka ini turun dari 80 persen pemilih yang berpartisipasi dalam pemilihan presiden terakhir pada 2013.

Maduro yang menyebut dirinya sendiri sebagai 'putra' Presiden Hugo Chavez, mengatakan dia sedang berjuang melawan rencana imperialis untuk menghancurkan sosialisme dan mengambil alih minyak di tanah Venezuela. Namun para penantangnya justru menganggap Maduro telah menghancurkan perekonomian Venezuela yang dulu kaya raya dan juga membungkam perbedaan pendapat.

Di banyak tempat pemungutan suara yang dikunjungi oleh wartawan Reuters, mulai dari Karakas timur hingga ke pegunungan Andes di dekat Kolombia, Maduro hanya menang tipis. Namun di sejumlah wilayah miskin, Maduro meraih kemenangan telak.

"Saya lapar dan tidak punya pekerjaan, tetapi saya tetap mendukung Maduro," kata Carlos Rincones (49) di kota industri Valencia yang dulu pernah berkembang.

Ia menuduh pemilik bisnis sayap kanan sengaja menyembunyikan pasokan makanan dan menaikkan harga. Namun banyak juga rakyat Venezuela yang kecewa dan marah melihat hasil pemilihan kali ini.

Mereka mengkritik Maduro atas kesulitan ekonomi negara, setelah turunnya produksi minyak dan diterapkannya sanksi AS. Venezuela mengalami peningkatan angka kekurangan gizi, hiperinflasi, dan emigrasi massal.

Kemenangan baru yang diraih mantan sopir bus berusia 55 tahun tersebut dinilai dapat memicu sanksi baru dari Barat, yang akan membuat Venezuela semakin terpuruk dalam krisis ekonomi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement