Senin 21 May 2018 12:25 WIB

Bangkit

Kebangkitan yang diawali dengan sujud berarti menghamba

Peta Indonesia
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Peta Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ustaz Yusuf Mansur

Bangkit yang paling benar dan berasa adalah kalau habis sujud. Sujud dulu, baru bangkit." Begitu kata saya di hadapan santri-santri.

Kebangkitan yang diawali dengan sujud berarti menghamba, merendah, di hadapan Allah Yang Mahatinggi.

Bahkan, saat berdiri diawali dengan takbir. Membesarkan Allah Yang Mahabesar. Bahwa berdirinya kita bukan untuk menyejajarkan diri dengan-Nya dan melawan-Nya.

Harus diakui, dari banyak sisi, negeri kita dan kita-kita semua jauh lebih beruntung dibandingkan negara-negara konflik. Suasana yang perlu disyukuri. Tetapi, di sisi lain, jangan sampai terlena, lengah.

Kebangkitan Indonesia harus benar-benar kebangkitan negerinya sendiri, bangsanya sendiri. Jangan sampai kelihatan bangkit, maju, sukses, jaya, ternyata palsu. Kegegapgempitaan kita ternyata bukan oleh kita dan bukan untuk kita, melainkan pihak asing dan pihak lain yang tidak mencintai Indonesia; cuma cari untung di Indonesia, enggak berjuang untuk Indonesia.

Seperti misal di dunia startup, digital market, online shop, payment gateway, cashless business, traveling, transportation... industri ini lagi bangkit dan bangkitnya benar-benar bangkit. Gegap gempita. Namun, alhamdulillah, Bank Indonesia (BI) dan pemerintah melihat bahwa dominasi asing begitu kuat. Enggak benar. Perlu di rem. Jangan sampai enggak ada national champion.

Yang begini-begini bagus dan keren banget. Percuma juga industrinya bangkit, maju, dan semarak bergai rah tetapi ternyata lagi-lagi Indonesia menjadi pasar saja. Perusahaan yang kelihatannya Indonesia pun bila ditelisik mungkin kita akan bekernyit.Masih benarkah? Masih layakkah disebut Indonesia saat pemegang sahamnya juga asing?

Sisi ini menarik, yakni membuat perusahaan-perusahaan strategis tetapi keburu dikuasai asing sebagai pemegang saham mayoritas. Seperti perusahaan fintech yang besar-besar di Indonesia. Menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan berperan di dunia global, bisakah? Mengapa tidak? Asal ada kemauan, pasti ada jalan.

Saya pribadi memperkenalkan investasi rakyat. Investasi recehan.Sebuah perjalanan sejarah sudah dimulai, tinggal dikembangkan dan dimasifkan saja, merambah ke perusahaan dan industri strategis.

Sekaligus puncaknya nanti, yang besarnya nanti, adalah mem-buy back utang negara ke asing. Jika negara berutang, berutang saja ke rakyat.Jadi, kalau harus ada bayar bunga maka rakyat yang menikmati, plus enggak ada urusan dengan fluktuasi mata uang asing.

Asli, ini soal supermudah, asal ada kemauan barengbanyak rakyat Indonesia. Dari sisi pemerintah, saya melihat sudah ada kemauan yang tinggi. Istilahnya, gayung bersambut.Tinggal bismillahnya aja dikencengin dan dirame-ramein.

Dan jadilah kebangkitannya, kebangkitan menyeluruh yang meng- Indonesia. Tinggal kemudian kebangkitannya ditandai, dijagai, diberikan ruh: takbir dan sujud.Kebangkitan tetap untuk Allah.

Keren banget dah.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement