Senin 21 May 2018 19:16 WIB

Jenazah Terduga Teroris Dikubur di Makam Orang tak Dikenal

Makam orang tak dikenal di Sidoarjo sudah digunakan sejak era 1990-an.

Polisi berjaga saat pemindahan jenazah terduga pelaku teror dari ruang pendingin ke ambulans di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/5).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Polisi berjaga saat pemindahan jenazah terduga pelaku teror dari ruang pendingin ke ambulans di RS Bhayangkara, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (18/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Sebanyak empat terduga teroris yang meninggal dunia dalam aksi bom bunuh diri pada Ahad (13/5) lalu dimakamkan di pemakaman orang tidak dikenal Sidoarjo, Jawa Timur.

Kabid Pelayanan Rehabilitasi Sosial Dinsos Kabupaten Sidoarjo Wiyono, Senin, mengatakan keempat terduga teroris ini masing-masing Hari Sudarwanto, Dedy Sulistiantono, Ilham Fauzan dan juga Budhi Satrio.

"Awalnya kami menyiapkan sebanyak tujuh liang lahat untuk pemakaman hari ini, tetapi oleh Polda Jatim yang dikirim sebanyak empat peti jenazah," katanya saat dikonfirmasi di lokasi pemakaman.

Ia mengemukakan, lokasi pemakaman ini memang bisa dibilang sudah penuh, dengan asumsi rata-rata setiap tahun terdapat 70 orang jenazah yang dimakamkan di lokasi ini. "Sejak digunakan pada kisaran awal tahun 1990 an, makam ini sudah penuh. Bahkan, untuk prosesi pemakaman yang berlangsung pada hari ini, kami harus memindahkan sebanyak tujuh makam lama, untuk ditempatkan ke lokasi yang baru," ucapnya.

Ia menjelaskan, ada juga beberapa satu liang lahat diisi sampai dengan dua jenazah dengan tujuan untuk menghemat lokasi pemakaman. "Lokasi pemakaman orang tak dikenal ini ditujukan kepada jenazah yang tidak dikehendaki oleh keluarga mereka sehingga mereka dimakamkan di lokasi ini," katanya.

Lebih dari sepekan yang lalu, tepatnya pada Ahad (13/5) pagi, tiga gereja yang ada di Surabaya diserang oleh teroris dengan cara meledakkan diri dengan menggunakan bom. Akibat kejadian itu, belasan orang meninggal dunia dan puluhan orang mengalami luka-luka. Jenazah terduga teroris pun mendapat penolakan dar warga.

Ketua PP Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar, menilai fenomena tak diterimanya jenazah pelaku teror oleh warga tempat asal pelaku merupakan sebuah bentuk reaksi sosial berupa penolakan dan pengungkapan kemarahan dari warga.

“Sebenarnya ini kan sebagai ungkapan kemarahan warga, di sisi lain itu jadi aib keluarga terdekat. Di sisi lain itu juga menjadi aib lingkungan tempat tinggal dia. Sehingga, ada reaksi sosial seperti penolakan dan semacamnya,” kata Dahnil saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (17/5).

Dahnil mengatakan, penolakan itu bisa dikatakan sebagai hukuman sosial yang ditunjukkan oleh masyarakat.  Ada ekspresi bahwa kedatangan pelaku terorisme ke kampung halamannya adalah sebuah aib.

Namun, dia menekankan, Islam mengajarkan adanya hukum fardhu kifayah untuk menguburkan jenazah. “Dalam Islam, tentu jenazah harus segera dikebumikan, dishalatkan minimal oleh keluarga karena hukumnya fardhu kifayah. Terlepas seperti apa mereka,” ungkap Dahnil.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement