REPUBLIKA.CO.ID, BOYOLALI -- Ratusan warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, pada Senin (21/50 malam, mengungsi ke tempat penampungan semetara (TPS) balai desa setempat karena merasa truma atas letusan freatik Gunung Merapi. Tercatat letusan freatik Gunung Merapi terjadi sejak Senin dini hari hingga petang hari.
Kepala Desa Tlogolele Widodo ketika dimintai konfirmasi kepada Antara di Boyolali membenarkan warga di Dusun Stabelan (berjarak sekitar 3,5 kilometer dari puncak Merapi) mengungsi ke TPS Balai Desa Tlogolele sekitar pukul 20.00 WIB. Widodo menyebutkan sebanyak 362 jiwa yang terdiri atas 35 balita, 12 lansia, 39 anak-anak, 41 remaja, dan 235 dewasa.
"Mereka sudah terkondisikan dan aman. Hal ini sebagai langkah mengantisipasi kemungkinan karena trauma," kata Widodo.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Bambang Sinung mengatakan, bahwa adanya letusan freatik beberapa kali di puncak Merapi membuat warga trauma dengan kejadian pada tahun 2010. Kendati demikian BPBD Boyolali sudah menurunkan anggotanya ke lokasi Desa Tlogolele Senin malam ini, dan kondisinya aman tidak ada bergerakan untuk pengungsian. Ia mengatakan bahwa pihaknya mengirimkan logistik dan masker untuk warga yang membutuhkan jika terjadi hujan abu di lokasi.
"Sebanyak 10 anggota bersama Dinas Sosial, PMI, Polsek Selo dan sukarelawan totalnya sebanyak 35 orang ke lokasi," ujarnya.
Baca juga: Letusan Freatik Ketiga di Merapi Terjadi Usai Buka Puasa
Letusan freatik kembali terjadi untuk ketiga kalinya di Gunung Merapi pada Senin (21/5). Setelah terjadi pada 01.25 dini hari dan pukul 09.38, letusan freatik terjadi lagi pada 17.50 petang.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan, letusan freatik ketiga ini terjadi pada 17.50. Durasinya sekitar tiga menit dengan amplitudo maksimum 50 mm.
Saat letusan, suara gemuruhnya terdengar dari Pos Babadan yang berada sekitar empat kilometer dari puncak Gunung Merapi. Hujan abu dilaporkan telah terjadi sejauh tujuh kilometer ke arah tenggara-selatan.
"Seputar Pengamatan Gunung Merapi (PGM) Selo, terjadi gerimis mulai 18.50, masih berlangsung, seputar PGM Ngepos gerimis tidak tercatat," tulis BPPTKG melalui akun Twitter resminya di @BPPTKG, Senin (21/5) malam.
Pusdalops Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY melaporkan, hujan abu sudah terjadi di sebagian Kecamatan Cangkringan, Kecamatan Pakem dan Kecamatan Ngmplak. Sekitar 18.30, sebagian warga Kalitengah Lor dan Kalitengah Kidul melakukan evakuasi.
Evakuasi dilakukan secara mandiri ke Balai Desa Glagaharjo. Pukul 19.22, hujan abu yang ada di Kecamatan Cangkringan terpantau reda disusul dengan adanya air hujan. Kurang lebih 200 jiwa warga usia rentan masih bertahan di Balai Desa Glagaharjo.
"Terdiri dari Dusun Kalitengah Lor, Dusun Kalitengah Kidul, Dusun Srunen dan Dusun Singular yang sebagian besar terdiri dari lansia, perempuan dan anak-anak," tulis Pusdalops BPBD DIY kepada Republika.co.id.
Distribusi masker telah dilakukan kepada masyarakat, koordinasi dengan TRC BPBD DIY, BPPTKG, Pos Aju SAR DIY telah pula dilakukan. Untuk itu, masyarakat diimbau tidak panik, tapi tetap mengantisipasi hujan abu.
Menurut Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM), pendakian untuk sementara ditutup. Selain mencermati informasi yang berkembang melalui akun-akun resmi, masyarakat diminta tidak mudah terpengaruh apalagi menebarkan berita-berita meresahkan.