Selasa 22 May 2018 04:00 WIB

Bamsoet Sebut Poros Ketiga Mustahil Terbentuk

Bamsoet optimistis Jokowi masih unggul pada Pemilihan Presiden 2019

Rep: Ali Mansur/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Ketua DPR Bambang Soesatyo memberikan sambutan dalam kegiatan peringatan 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/5).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Ketua DPR Bambang Soesatyo memberikan sambutan dalam kegiatan peringatan 20 Tahun Reformasi di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus Partai Golkar, Bambang Soesatyo (Bamsoet) meyakini Pilpres 2019 akan mengulang kembali kisah pertemuan Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto seperti pada Pilpres 2014. Karena akan mempertemukan seteru lama, segala sumber daya akan dikeluarkan habis-habisan oleh kedua pendukung calon. Tidak menutup kemungkinan pertarungan akan berlangsung sengit melebihi Pilpres 2014.

Prabowo telah menyatakan siap menjalankan mandat dari Partai Gerindra untuk maju dalam Pilpres 2019. Saya melihat ini akan merematch kejadian di 2014 lalu. Pertarungan akan berlangsung seru dan sengit, ujar Bamsoet dalam rilisnya, Senin (21/5)

Bamsoet menilai kemungkinan besar tidak akan ada poros ketiga dalam konstelasi Pilpres 2019. Kemudian dari segi ketokohan, tidak ada yang sekuat Jokowi dan Prabowo.

Sehingga, peluang munculnya Capres lain di luar Jokowi dan Prabowo sangat kecil. Menurut Bamsoet, sampai sejauh ini, Jokowi sudah didukung 5 partai politik, antara lain PDI Perjuangan, Golkar, Nasdem, Hanura, PPP.

"PKB sudah menyatakan dukungan dengan syarat Cak Imim menjadi Cawapres. Sedangkan Prabowo baru didukung Gerindra dan PKS. Masih ada Demokrat dan PAN yang belum menentukan pilihan. Karena itu saya yakin poros ketiga sangat sulit terwujud, papar Ketua DPR RI itu.

Bamsoet menilai ada beberapa faktor yang harus diperhatikan bagi Prabowo untuk maju sebagai Capres. Kepastian Prabowo maju sebagai Capres masih membutuhkan dukungan dari partai politik lain untuk bisa memperoleh dukungan 20 persen lebih di Parlemen. Setidaknya, Gerindra masih membutuhkan dukungan satu parpol guna memenuhi syarat ambang batas pencalonan presiden.

Partai yang kemungkinan besar berkoalisi dengan Gerindra, yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN). Berbagai penjajakan terus dilakukan. "Kita harapkan koalisi Prabowo dengan partai pendukung lain bisa segera terbentuk, agar jelas siapa yang akan menjadi lawan Jokowi di Pilpres mendatang," ujar Bamsoet.

Mantan Ketua Komisi III DPR RI ini melihat pemilihan Cawapres bagi Prabowo akan berpengaruh terhadap naiknya elektabilitas. Jika Gerindra berkoalisi dengan PKS, maka Ketua Dewan Syuro PKS atau Presiden PKS layak mendampingi Prabowo sebagai Cawapres. Namun, kalau Gerindra berkoalisi dengan PAN, maka Ketua Umum PAN layak disandingkan dengan Prabowo.

Kemudian, Bamsoet optimis Jokowi masih unggul pada Pilpres mendatang. Pasalnya, sejak menjabat Walikota Solo, Gubernur DKI Jakarta, sampai maju di Pilpres 2014, Jokowi terkenal sebagai sosok yang berhasil berkoalisi dengan rakyat. Jokowi juga sangat dekat dengan para pemuka agama.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement