Selasa 22 May 2018 04:12 WIB

Soal 20 Tahun Reformasi, Ini Tanggapan Fahri Hamzah

20 tahun reformasi, Fahri sebut sistem demokrasi di Indonesia sudah canggih

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Bilal Ramadhan
Refleksi Reformasi. Tokoh Reformasi Amien Rais (tengah), Ketua MPR RI Zulkifli Hasan (kedua kiri), Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (ketiga kanan), dan tokoh lain menghadiri 20 Tahun Refleksi Reformasi di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/5).
Foto: Republika/ Wihdan
Refleksi Reformasi. Tokoh Reformasi Amien Rais (tengah), Ketua MPR RI Zulkifli Hasan (kedua kiri), Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah (ketiga kanan), dan tokoh lain menghadiri 20 Tahun Refleksi Reformasi di Komplek Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (21/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah menjalani masa reformasi dari 21 Mei 1998 hingga 21 Mei 2018, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengatakan saat ini Indonesia memiliki sistem pemerintahan terbaik, yakni demokrasi. Ia menilai sistem demokrasi yang ada di Indonesia sekarang sudah canggih.

"Kalau ditanya dalam 20 tahun apa yang sudah, yang sudah itu perbaikan sistem. Nama sistem kita ini canggih demokrasi, itu sudah the best lah di dunia itu, kita ini punya sistem yang terbaik sudah," kata Fahri, di Gedung Parlemen Jakarta, Senin (21/5).

Salah satu aktivis perisitwa 1998 ini mengatakan, meskipun Indonesia memiliki sistem yang baik namun tentu ada lubang-lubang di dalamnya. Oleh karena itu, memperbaiki lubang tersebut adalah tugas dirinya dan semua masyarakat terkait.

"Misal lubangnya apa? Misal soal DPD bagaimana memfungsikan DPD. Dipilihnya dengan uang begitu besar, kewenangannya enggak ada. Kemudian bagaimana independensi judikatif. Saya menganggap Kejaksaan Agung itu harus lebih independen. Presidensialismenya juga diperkuat, termasuk juga partai politik. Pembiayaan parpol misalnya mesti diatur lebih baik. Siapa yang harus membiayai politik. Ini namanya lubang-lubang yang harus kita tutup," lanjut dia.

Fahri kemudian mengumpamakan demokrasi sebagai ponsel pintar atau kendaraan canggih. Sistem yang canggih apabila tidak digunakan fitur-fiturnya semaksimal mungkin tetap tidak akan bekerja dengan baik.

Sistem demokrasi yang tidak dijalankan dengan baik ia ibaratkan dengan ponsel yang hanya digunakan sebagai alat telepon atau pesan singkat. Padahal, masih banyak fitur lain yang ada di smartphone dan tidak digunakan.

Menurut dia, seperti itulah demokrasi. Memiliki berbagai fitur seperti kesejahteraan ekonomi, kebebasan, inovasi, dan lain sebagainya. Namun yang terjadi saat ini, kemampuan menggunakan sistem tersebut masih rendah dan banyak yang tidak dijalankan.

"Jadi apa yang sukses? Sistemnya sudah baik. Apa yang belum sukses? Pemimpinnya yang belum baik," kata dia menegaskan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement