REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla memberikan wejangan dan arahan kepada Direktur Utama Bulog Budi Waseso. Dalam pertemuan yang berlangsung sekitar setengah jam, keduanya berdiskusi tentang persoalan pangan, khususnya beras. Apalagi, Jusuf Kalla pernah menjabat sebagai kepala Bulog beberapa tahun silam.
"Saya ingin mengetahui juga memberikan pengalaman sebagai bekas kepala Bulog, saya kan bekas kepala Bulog, jadi mendiskusikan tentang persoalan beras kita pada dewasa ini, soal pangan umumnya yang tentunya penting untuk dia mengetahui sebagai kepala bulog yang baru," ujar Jusuf Kalla ketika ditemui di kantornya, Selasa (22/5).
Jusuf Kalla mengatakan, kebijakan impor beras harus diambil oleh pemerintah jika stok diperkirakan kurang. Dia menilai, prinsip dalam kebijakan stok pangan yakni lebih baik dilebihkan daripada kekurangan stok.
Dengan demikian, Jusuf Kalla meminta agar stok beras di Bulog jangan kurang dari 1 juta ton. Selain itu, wakil presiden juga meminta agar Bulog membuat perkiraan stok beras untuk jangka panjang sehingga pasokan beras di masyarakat tetap terjamin.
"(Stok) dibuat berdasarkan perkiraan, jangan hanya bulan ini, bulan ini tidak soal karena habis panen. Tapi nanti bagaimana setelah panen," kata Jusuf Kalla.
Sementara itu, Direktur Utama Bulog Budi Waseso mengatakan, wakil presiden telah memberikan arahan agar Bulog dapat menjaga stabilitas pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, dan menjaga harga di tingkat konsumen tetap terjangkau. Budi memastikan, stok beras di gudang Bulog cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat hingga lebaran mapun paska lebaran.
"Hari ini di gudang Bulog untuk cadangan ada 1,5 juta ton, dalam hitungan kita ketersediaan di pasar aman," kata Budi.
Budi memastikan bahwa harga beras di tingkat konsumen saat ini masih cenderung normal, karena Bulog terus melakukan kegiatan operasi pasar dan tetap menyerap beras-beras dari petani. Terkait dengan rencana impor, Budi masih enggan menjelaskan lebih lanjut. Menurutnya, kebijakan impor beras akan disesuaikan dengan kondisi panen maupun stok yang ada di gudang Bulog.
"Saya kira nanti dilihat, pasti ada pembahasan (impor) itu apakah ini ada musim panen atau paceklik, nah dimana kita perkirakan kalau memang stok berkurang dan kebutuhan banyak, kita tetap kebutuhan itu stabil untuk beras. Stoknya harus kita jaga, manakala stok menurun, kalau ga ada ya harus impor, yang penting stoknya ada," ujar Budi.