Selasa 22 May 2018 19:07 WIB

Ketua KPK Malaysia Diancam Dibunuh Saat Najib Berkuasa

Ketua KPK Malaysia saat ini memimpin penyelidikan dugaan korupsi dana 1MDB

Rep: Marniati/ Red: Nidia Zuraya
Ketua Komisi Anti Korupsi (MACC) Malaysia, Mohd Shukri Abdull
Foto: Reuters
Ketua Komisi Anti Korupsi (MACC) Malaysia, Mohd Shukri Abdull

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ketua anti-korupsi Malaysia Mohd Shukri Abdull menceritakan pengalamannya saat menyelidiki dugaan korupsi dana 1Malaysia Development Berhad (1MDB) pada era Najib Razak. Dengan mata berkaca-kaca Shukri menceritakan kembali ancaman kematian yang ia peroleh.

Bukan hanya itu, ia juga dituduh sebagai pengkhianat. Shukri menjelaskan pengalamannya ini di markas Komisi Anti Korupsi Malaysia (MACC). Saat itu ia mengadakan konferensi pers terkait pemanggilan Najib Razak ke MACC pada Selasa (22/5).

Tiga tahun yang lalu, Shukri merupakan wakil ketua MACC. Ia memimpin penyelidikan dugaan penyelewengan dana negara 1MDB. Setelah 32 tahun di MACC, Shukri memilih pensiun pada 2016.

Namun PM Malaysia saat ini, Mahathir Mohammad kembali menunjuk Shukri sebagai pimpinan MACC setelah ketua sebelumnya mengundurkan diri.

Najib secara konsisten membantah melakukan kesalahan pada 1MDB setelah skandal itu pertama kali muncul pada pertengahan 2015. Tetapi Shukri menjelaskan dengan penuh emosional bagaimana investigasi MACC yang dilakukan saat itu ditekan oleh pemerintah berkuasa.

"Saksi-saksi kami hilang, beberapa yang diwawancarai malah diambil oleh otoritas yang berbeda dan ditanyai tentang apa yang mereka katakan pada MACC, dan saya sendiri diancam akan dipecat, diminta untuk pensiun dini, cuti lebih awal, dan dipindahkan ke departemen pelatihan," katanya.

Sebelum penyelidik bisa mengajukan tuntutan, Shukri mengatakan Najib memecat jaksa agung Abdul Gani Patail dan wakil perdana menteri Muhyiddin Yassin. Mereka saat itu menyerukan agar Najib berhenti dari jabatannya.

Shukri mengaku bertemu Gani Patail sehari sebelum dia dipecat. "Dia bertanya padaku, 'Apakah kamu siap?'. Sebagai penyelidik senior, saya tahu apa maksudnya. Ini artinya jaksa agung siap untuk mengadili perdana menteri," katanya.

Menurut Shukri mereka bertemu dengan beberapa menteri untuk mencoba meyakinkan bahwa kasus korupsi Najib benar terjadi. Tetapi hanya Muhyiddin dan dua lainnya yang siap untuk mengambil sikap.

"Kami ingin mengembalikan uang yang dicuri kembali ke negara kami. Sebaliknya kami dituduh menjatuhkan negara, kami dituduh sebagai pengkhianat," kata Shukri sambil menahan air mata.

Jaksa Agung yang baru, Mohamed Apandi Ali, kemudian membebaskan Najib dari semua kesalahan, setelah Najib menjelaskan bahwa 680 juta dolar AS yang disimpan di rekening banknya merupakan sumbangan dari kerajaan Saudi.

Akhirnya, penyelidikan terhadap Najib dihentikan. Shukri mengaku saat itu ia dan rekan-rekannya melewati masa-masa yang menakutkan.

"Peluru dikirim ke rumah saya. Saya tidak pernah memberi tahu istri atau keluarga saya. Saya bahkan tidak pernah membuat laporan polisi," kata polisi.

Dia juga mendapatkan perlindungan polisi saat mengunjungi Amerika Serikat (AS)karena khawatir sedang dikuntit oleh agen keamanan Malaysia.

Melangkah kembali ke MACC, Shukri melanjutkan penyelidikan 2015. Saat ini ia fokus menyelidiki transfer 10,6 juta dolar AS ke rekening bank Najib.

MACC melacak transfer yang dilakukan melalui "perusahaan depan" ke SRC International, unit 1MDB hingga dipindah ke kementerian keuangan pada 2012.

Najib, yang dipanggil oleh Shukri untuk memberikan pernyataannya tentang transfer itu, datang ke MACC pada hari ini, Selasa (22/5). Dia muncul empat jam kemudian, memberi tahu wartawan bahwa dia telah memperkuat pernyataan yang diberikan pada 2015, dengan menambahkan dokumen tambahan. Dia mengatakan akan kembali ke MACC pada Kamis untuk menyelesaikan pernyataannya.

Shukri mengaku gentar saat kembali ditawari posisi di MACC. "Kasus 1MDB dan SRC sangat menakutkan. Saya hampir mati menyelidiki kasus ini, jadi saya takut kembali," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement