REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Republik Federal Jerman atau yang dikenal dengan Jerman Barat secara resmi didirikan sebagai negara yang terpisah dan merdeka, pada 23 Mei 1949. Deklarasi tersebut menandai akhir dari perundingan tentang penyatuan kembali Jerman Timur dan Barat.
Dilansir di History, pada periode setelah Perang Dunia II, Jerman dibagi menjadi empat zona pendudukan. Inggris, Prancis, Amerika Serikat (AS), dan Uni Soviet masing-masing mengendalikan satu zona. Kota Berlin juga dibagi dalam model yang serupa.
Pembagian zona tersebut seharusnya hanya bersifat sementara. Tetapi ketika permusuhan dalam Perang Dingin mulai memburuk, pembagian antara bagian Jerman dan Berlin yang dikontrol komunis dan non-komunis semakin lama semakin menjadi permanen.
Pada Mei 1946, AS menghentikan pembayaran reparasi dari Jerman Barat ke Uni Soviet. Pada Desember tahun itu, AS dan Inggris Raya menggabungkan zona pendudukan mereka menjadi wilayah Bizonia.
Prancis setuju untuk menjadi bagian dari penggabungan tersebut. Pada Mei 1949, tiga zona pendudukan Jerman dilebur menjadi satu.
Pada 23 Mei, Dewan Parlemen Jerman Barat melakukan pertemuan dan secara resmi mengumumkan berdirinya Republik Federal Jerman. Meskipun presiden dewan dan presiden Jerman Barat Konrad Adenauer dengan bangga menyatakan, "Hari ini Jerman baru telah muncul," tetapi deklarasi itu tidak disambut meriah.
Banyak perwakilan wilayah Jerman di pertemuan itu yang memendam harapan bahwa Jerman Barat dan Timur mungkin akan dipersatukan kembali. Dua anggota komunis dari dewan menolak untuk menandatangani proklamasi pendirian negara baru.
Uni Soviet bereaksi cepat terhadap Jerman Barat. Pada Oktober 1949, Republik Demokratik Jerman atau Jerman Timur yang merdeka secara resmi diumumkan.
Selama 41 tahun berikutnya, Jerman Timur dan Barat menjadi simbol negara yang terpecah belah dalam permusuhan Perang Dingin antara Uni Soviet dan AS. Pada 1990, saat Uni Soviet dan Partai Komunis di Jerman Timur terus kehilangan cengkeramannya, Jerman Timur dan Barat akhirnya bersatu kembali sebagai satu bangsa.