Kamis 24 May 2018 11:37 WIB

Henny Gordon 'Berlari' Bebaskan ODGJ dari Pasung Kurung

Gangguan jiwa adalah penyakit yang layak mendapat penanganan terbaik

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Henny Gordon 'Berlari' Bebaskan ODGJ dari Pasung Kurung
Foto: Mutia Ramadhani / Republika
Henny Gordon 'Berlari' Bebaskan ODGJ dari Pasung Kurung

REPUBLIKA.CO.ID,  DENPASAR -- Seorang bule asal London, Inggris bernama Henny Gordon akan berlari sejauh 110 kilometer (km) dari Bali Utara ke Bali Selatan, 1-3 Juni 2018. Dia ingin menyuarakan kepedulian kepada kesehatan jiwa di Indonesia melalui olah raga lari bertajuk 'Run Across Bali for Mental Health.'

"Gangguan jiwa adalah penyakit yang layak mendapat penanganan terbaik sebagaimana penyakit lainnya, bukan dengan cara memasung penderitanya," kata Henny dijumpai Republika di Kubu Kopi, Denpasar, Rabu (23/5).

Bule yang juga seorang guru bahasa Inggris sebuah akademi bahasa asing di Bali ini berlari berangkat dari keprihatinannya terhadap praktik pemasungan yang banyak dilakukan masyarakat terhadap anggota keluarga atau warganya yang merupakan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Saat berkunjung dan menetap sementara di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Henny melihat banyak sekali ODGJ dipasung dalam kondisi memprihatinkan.

"Mereka ada yang dipasung di rumah bambu, bahkan ditaruh di gubuk di hutan. Masyarakat sekitar menganggap ODGJ disebabkan kerasukan roh jahat," katanya.

Henny akan memulai rute larinya pada 1 Juni 2018 dari Pura Bukit Penulisan di Kintamani sejauh 40 km yang berakhir di Ubud. Pada 2 Juni Henny lanjut berlari menuju Pantai Double Six Seminyak sejauh 40 km. Hari terakhir dia akan melanjutkan misinya hingga Pantai Nyangyang, Uluwatu sejauh 30 km.

Penggalangan dana yang dilakukan Henny seluruhnya akan diamalkan untuk pengobatan ODGJ di Bali. Kegiatannya ini didukung penuh Surya Institute for Mental Health (SIMH), lembaga nonprofit yang mendedikasikan diri melayani pasien ODGJ seluruh Bali.

Profesor Ahli Jiwa sekaligus founder SIMH, Luh Ketut Suryani mengatakan banyak alasan masyarakat memasung ODGJ, mulai dari alasan putus asa karena tak tahu cara mengatasinya, komplain tetangga karena ODGJ dianggap membahayakan, hingga motif pribadi, seperti ingin si pasien cepat meninggal, motif warisan, dan sebagainya. Survei SIMH menunjukkan terdapat lebih dari sembilan ribu ODGJ di seluruh Bali dan 350 orang di antaranya terpasung.

"Pengobatan untuk mereka bukan hanya dengan obat, tapi juga dengan pikiran, spirit, dan kepercayaan," katanya.

SIMH telah membebaskan 90 orang di antaranya dari praktik pasung, dan lebih dari seribu orang disembuhkan dengan pendekatan mind, body, spirit-sosio cultural process. Suryani mengatakan pendekatan ini tak hanya dari sisi medis, namun juga melibatkan keluarga, masyarakat, dan lingkungan.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Provinsi Bali 2013 menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat di Bali rata-rata 2,3 orang per mil wilayah. Prevalensi terbesar berada di Kabupaten Jembrana (3,3 orang per mil), Tabanan (3,2 orang per mil), dan Badung (2,5 orang per mil).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement