Kamis 24 May 2018 15:54 WIB

Difabel Netra di Medan Ingin Khatam Alquran Selama Ramadhan

Mereka menargetkan satu hari satu juz.

Rep: Issha Harruma/ Red: Friska Yolanda
Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sumut kembali menggelar pengajian atau tadarus Alquran di kantor DPD Pertuni Sumut, Jl Sampul, Medan. Para peserta tadarus yang terdiri dari remaja hingga orang tua bergantian membaca Alquran dengan huruf braille.
Foto: Republika/Issha Haruma
Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sumut kembali menggelar pengajian atau tadarus Alquran di kantor DPD Pertuni Sumut, Jl Sampul, Medan. Para peserta tadarus yang terdiri dari remaja hingga orang tua bergantian membaca Alquran dengan huruf braille.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Para difabel netra di kota Medan, Sumatra Utara, tak mau ketinggalan dalam memperbanyak ibadah di bulan suci Ramadhan ini. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka yang tergabung dalam Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Sumut kembali menggelar pengajian atau tadarus Alquran.

Kegiatan tersebut digelar di kantor DPD Pertuni Sumut, Jl Sampul, Medan. Para peserta tadarus yang terdiri dari remaja hingga orang tua bergantian membaca Alquran dengan huruf braille. Mereka pun saling menyimak dan mengoreksi.

"Kalau di sini ada guru, jadi bisa tahu mana yang salah dan benar," kata Ketua DPD Pertuni Sumut, Khairul Batubara, Kamis (24/5).

Khairul mengatakan, pengajian dilaksanakan setiap Kamis, mulai dari pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB. Mereka ditargetkan menyelesaikan satu juz dalam sehari (one day one juz) dan khatam Alquran pada akhir Ramadhan.

photo
Difabel netra tengah mengaji.

Para jamaah tadarus Alquran ini pun datang dari berbagai penjuru kota Medan. Selain itu, juga ada yang datang dari kabupaten Deli Serdang dan sekitarnya. Selain tadarus, mereka juga mengadakan tausiyah yang digelar setiap Ahad menjelang berbuka puasa.

"Kalau orang sehat bisa baca Alquran, orang tuna netra juga wajib bisa baca Alquran. Karena Alquran itu pedoman umat Muslim yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad," ujar Khairul.

Namun, kegiatan ini bukan tak ada hambatan. Para difabel netra yang datang tentu harus merogoh kocek untuk biaya transportasi umum yang digunakan. Mereka harus mengeluarkan biaya antara Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu setiap kali datang.

"Berkat berbagai lapisan masyarakat yang mendukung kegiatan ini, setiap penyandang yang datang bisa diberikan uang untuk transportasi sebesar Rp 20 ribu," ujar Khairul.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement