REPUBLIKA.CO.ID, AGAM - Barangkali sebagian besar masyarakat Indonesia meyakini bahwa negeri ini kaya akan sumber daya alam berupa minyak bumi. Anggapan ini bisa jadi 'tak salah-salah amat' karena ada begitu banyak perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asing dan domestik yang berproduksi di Indonesia. Apalagi Indonesia sempat bergabung dengan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Tapi seperti apa kondisi sebenarnya? Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar punya penjelasannya. Arcandra menjelaskan, cadangan minyak terbukti Indonesia yang bisa diproduksi 'hanya' sekitar 3,2 - 3,3 miliar barel. Angka hanya 0,2 persen dari cadangan minyak dunia, alias hanya sebagian kecil saja cadangan minyak Indonesia dibanding cadangan minyak dunia.
"Lantas kalau cadangan minyak kita cuma segitu, andalan kita apa? Energi terbarukan. Sampai hari ini yang dikatakan energi terbarukan adalah energi yang tak ada habisnya," jelas Arcandra usai meresmikan sumur bor di Agam, Sumatra Barat, Kamis (24/5).
Baca: Arcandra Tahar Optimistis Investasi Hulu Migas Membaik
Arcandra menyebutkan, potensi energi baru terbarukan di Indonesia sangat tinggi. Panas bumi misalnya, Indonesia memiliki potensi 11 giga watt (GW) dengan realisasi baru 1,9 GW atau 0,44 persen. Kemudian energi dari air, Indonesia memiliki potensi 75 GW.
Saat ini realisasi pembangkit listrik tenaga air (PLTA) di Indonesia baru 5,12 GW atau 1,21 persen dari potensinya. Potensi besar lainnya datang dari energi surya, sebesar 207,8 GWp dengan realisasi baru 0,09 GWp atau 0,02 persen.
Baca: Arcandra: Secara Bertahap Porsi Batu Bara akan Dikurangi
"Anggaran pembangunan fisik ESDM di atas 50 persen dari seluruh anggaran. Kami bertekad anggaran di Kementerian ESDM bisa dimanfaatkan langsung oleh rakyat," kata Arcandra.