REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Perhubungan mengingatkan seluruh stakeholder penerbangan sipil di Yogyakarta dan yang berhubungan dengan Kota Yogya, untuk waspada terkait adanya letusan Gunung Merapi pada hari ini sekitar pukul 02.55WIB. Hal ini berdasarkan laporan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, bahwa saat itu telah terjadi letusan durasi 4 menit dengan tinggi kolom 6.000 meter arah barat dan terdengar dari semua pos pengamatan.
Menindaklanjuti hal itu, Bandara Adisutjipto Yogyakarta telah menyiapkan langkah jika suatu saat bandara memang harus ditutup. Communications and Legal Section Head, PT Angkasa Pura I Bandar Udara Adisutjipto, Liza Anindya Rahmadani mengatakan jika ada penutupan, maka Bandara Adisutjipto akan menyediakan transportasi antarmoda darat bagi penumpang yang harus melanjutkan perjalanan ke bandara terdekat.
"Misalnya untuk menuju ke Bandara Adisoemarmo Surakarta ataupun antarmoda ke lokasi lokasi sarana transportasi lainnya misal Stasiun kereta api ataupun Terminal Bis. Sarana transportasi yang disiapkan adalah berupa bus," ujar Liza, Kamis (24/5).
Baca juga: Puan: Warga Sekitar Merapi Jangan Pulang Dulu
Sebagaimana arahan Kementerian Perhubungan tersebut, saat ini manajemen Bandara Adisutjipto terus melakukan koordinasi dengan pihak maskapai penerbangan dan AirNav Indonesia, dan bersama sama sesuai tugas fungsinya memantau terus perkembangan aktivitas Gubung Merapi.
"Kami juga melakukan paper test untuk aerodrome observation. Hasil paper test menunjukan bahwa volcano ash (VA) negatif," katanya.
Kemudian, Liza melanjutkan untuk keputusan closed/open Bandara Adisutjipto due to volcano activity ini nantinya akan dikeluarkan oleh Direktorat Navigasi Penerbangan (DNP) Kementerian Perhubungan melalui Notam. Namun demikian jika ada penundaan penerbangan dan terjadi penumpukan di ruang tunggu, maka manajemen Bandara Adisutjipto akan membuka ruang tunggu internasional untuk menampung penumpang.
Baca juga: Ada Pijaran dari Erupsi Merapi pada Kamis Dini Hari
Visual Gunung Merapi pada Kamis pagi setelah terjadi letusan dan erupsi pada Kamis (24/5) dini hari. Letusan berisi pijaran itu sendiri mengakibatkan hujan abu dan kabut sekitaran Magelang dan Sleman.
Letusan Gunung Merapi kembali terjadi pada Kamis (24/5) dini hari. Ketua Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, letusan kali ini sudah tidak dikategorikan letusan freatik dan terdapat pijaran yang terlihat turun bersama kepulan asap erupsi.
Ia menjelaskan, awan pijar menunjukkan adanya material dari dalam. Ia berpendapat, itu merupakan magma yang membuat ini jadi awal proses erupsi magmatis. "Tapi menuju ya, menuju proses magmatis, karena proses magmatis sendiri nanti data-data yang lain masih akan bicara, tapi sampai saat ini deflasi masih sedikit, artinya masih proses pembersihan sebenarnya," kata Hanik, Kamis (24/5) pagi.
Hanik melanjutkan, proses pembersihan itu memang memiliki dorongan dari dalam. Tapi, Hanik menekankan, jangan dibayangkan jika penjelasan menuju proses erupsi magmatis itu sama dengan yang terjadi pada 2010 yang besar.
Hanik mengingatkan, proses erupsi di Gunung Merapi yang terjadi pada 2006 dan 2002, sebenarnya sama yaitu proses menuju erupsi magmatis. Karenanya, proses yang terjadi sebenarnya merupakan pengosongan badan dari isian yang tersisa.
"Jadi, sekarang ini material yang ada di dalam sebenarnya sudah berkurang, artinya ada beberapa yang sudah kosong," ujar Hanik.
Lebih lanjut, atas data-data yang dikumpulkan dari erupsi Kamis dini hari, dapat disimpulkan jika sudah mulai ada deflasi dari Gunung Merapi. Akibatnya, nanti saat ada magma akan menjadi ke luar jalan magma.