REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian mengajak dunia internasional bersama-sama memerangi terorisme. Kapolri juga memastikan kondisi Indonesia aman pascarentetan serangan teror pada awal bulan ini.
"Ini kejahatan luar biasa. Ini sudah jadi fenomena internasional yang tidak saja menyasar Indonesia," ujar Kapolri, Jumat (25/5).
Hari ini, Kapolri mengundang sejumlah duta besar ke kediamannya. Oleh karena itu, Tito mengajak negara-negara lain melalui perwakilan dari tiap-tiap dubes untuk bersama-sama memerangi teroris. Kepada sejumlah dubes, Kapolri juga memastikan kondisi Indonesia saat ini aman.
"Hingga kini kondisi sangat terkendali," ucapnya.
Tito memaparkan pascarentetan serangan teror di Surabaya dan Riau, anggotanya telah mengamankan 74 terduga teroris. Kapolri berharap kinerja jajarannya bisa menjaga kepercayaan dunia internasional terhadap Indonesia.
"Terlebih, tugas Polri tidak hanya memberikan rasa aman kepada masyarakat, tetapi juga menjamin suasana tetap kondusif agar kepercayaan internasional juga terjaga," katanya.
Menurut Kapolri, aksi-aksi teror yang muncul di Indonesia terjadi atas perintah ISIS. Kelompok radikal yang saat ini terdesak, kata dia, kemudian memintas sel-sel jaringannya di seluruh negeri untuk bergerak serentak.
"Rangkaian teror bom ini merupakan aksi yang diminta oleh ISIS yang saat ini terdesak, teror dilakukan serentak tak hanya Indonesia beberapa negara juga telah terjadi pemboman," kata Tito.
Oleh karena itu, motif di balik aksi teror bom ini diduga karena di tingkat internasional ISIS tengah ditekan oleh kekuatan dari Barat yakni Rusia dan negara lainnya. Sehingga, keadaan ISIS yang terpojok kemudian memerintahkan semua jaringan untuk melakukan serangan pada seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia sendiri, ada dua kelompok terkait dengan ISIS, yaitu kelompok sel-sel JAD dan JAT. Beberapa di antara mereka ada yang kembali berangkat ke Suriah atau tertangkap oleh otoritas Jordani dan Turki atau sekitar Suriah.
"Ada sekitar 1.100 lebih yang pergi ke Suriah. Kemudian yang dideportasi ke Indonesia berjumlah 500 lebih. Ini menjadi tantangan bersama karena mindset mereka adalah ideologi ISIS," ucapnya.
Seperti diketahui sebelumnya Jawa Timur diguncang serangan teror selama dua hari berturut-turut. Serangan pertama dilakukan oleh satu keluarga di tiga buah gereja di Surabaya pada Ahad (13/5) pagi. Akibatnya, 43 orang mengalami korban luka-luka dan 18 orang meninggal dunia. Enam di antaranya merupakan pelaku bom bunuh diri.
Dihari yang sama ledakan juga terjadi di sebuah kamar di rusun Wonocolo, Sidoarjo pada Ahad (14/5) malam. Tiga orang meninggal dunia di lokasi kejadian. Selanjutnya penyerangan kembali terjadi dan menyasar Mapolresta Surabaya pada Senin (14/5) pagi. Akibatnya empat orang meninggal dunia dan 12 lainnya luka-luka.