REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS) sepakat mendukung Australia dan Belanda dalam meminta pertanggung jawaban Rusia terkait kasus jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina pada Juli 2014 lalu.
Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan mengapresiasi hasil pekerjaan Tim Investigasi Gabungan (JIT) yang dipimpin Belanda.
JIT, pada Kamis (24/5), mempresentasikan hasil penyelidikannya terkait jatuhnya MH17. JIT menyimpulkan bahwa rudal yang menghantam MH17 merupakan rudal Buk yang dimiliki Brigade Anti-Pesawat Militer ke-53 dari tentara Rusia.
"Sangat penting bahwa pekerjaan ini terus berlanjut menuju penuntutan. 298 orang, termasuk 10 warga Inggris, yang kehilangan nyawanya dalam situasi mengerikan seperti itu, pantas mendapatkan keadilan," kata Johnson pada Jumat (25/5), dikutip Anadolu Agency.
Bunga matahari tumbuh di lokasi jatuhnya mh17
Ia mengatakan, penyelidikan sebelumnya telah menyimpulkan bahwa MH17 ditembak menggunakan rudal buk buatan Rusial. Rudal diluncurkan dari sebuah wilayah di Ukraina yang dikuasai kelompok separatis pro-Rusia.
"Tetapi sekarang kita tahu bahwa rudal itu milik Brigadi Anti-Pesawat Militer ke-53 dari tentara Rusia," ujarnya.
Johnson mengatakan Rusia mungkin yakin dapat bertindak dan terbebas dari hukuman. "Dan sekarang Rusia harus menjawab untuk tindakannya dalam kaitan dengan jatuhnya MH17," kata Johnson.
AS pun menyuarakan dukungannya terhadap Australia dan Belanda yang meminta pertanggung jawaban Rusia atas jatuhnya MH17. "Sudah waktunya bagi Rusia untuk mengakui perannya dalam penembakan MH17 dan menghentikan kampanye disinformasi yang tidak berperasaan," ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Heather Nauert.
Puing pesawat Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Donetsk mulai dipindahkan untuk dibawa ke Belanda dan diteliti lebih lanjut.
"Agresi Rusia di Ukraina sejak 2014 telah menyebabkan lebih dari 10.300 kematian terkait konflik, termasuk yang hilang dalam tragedi MH17. Ini sudah lebih dari waktu bagi Rusia untuk mengakhiri kekerasan ini," kata Nauert menambahkan.
Belanda dan Australia menyatakan Rusia bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17 di Ukraina pada 2014 lalu. Kedua negara yakin setelah JIT mempresentasikan hasil penyelidikannya di Den Haag pada Kamis lalu.
"Atas dasar kesimpulan JIT, Belanda dan Australia sekarang yakin bahwa Rusia bertanggung jawab atas penyebaran instalasi (sistem rudal) Buk yang digunakan untuk menjatuhkan MH17. Pemerintah kini mengambil langkah berikutnya dengan secara formal meminta pertanggungjawaban Rusia," kata Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok pada Jumat (25/5).
JIT beranggotakan jaksa dari negara-negara yang warganya tewas dalam insiden MH17, yakni Belanda, Australia, Malaysia, Belgia, dan Ukraina.JIT dibentuk setelah Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi untuk membentuk pengadilan internasional pada Juli 2015 guna menuntut mereka yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat MH17. JIT bertugas menetapkan kasus untuk kepentingan penuntutan.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat ini ditembak jatuh di atas zona konflik di timur Ukraina pada 17 Juli 2014. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 298 orang tewas.