REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Liverpool akan bersua dengan Real Madrid pada final Liga Champions 2018 yang diadakan di Stadion NSC Olimpiyskiiy, Kiev, Sabtu (26/5) malam atau Ahad (27/5) dini hari WIB. Liverpool berambisi membawa pulang trofi ke Anfield.
Dilansir This Is Anfield, berikut enam alasan The Reds optimistis akan kemenangan.
1. Keselarasan takdir dan sejarah
Perjalanan Liverpool seolah telah digariskan takdir aneh dan penuh catatan unik yang berpadu dengan penampilan mereka. Contohnya, pertemuan the Reds dan Roma pada semifinal dan Real Madrid di final seperti perjalanan kilas balik yang penuh kenangan untuk para fan.
Stadion Olimpico milik Roma adalah tempat bersejarah di mana Liverpool mengangkat Piala Eropa yang pertama (1977) dan keempat (1984). Sementara itu, Liverpool menjadi juara Eropa untuk ketiga kalinya setelah mengalahkan tidak lain dan tidak bukan, Real Madrid.
2. Tim terbaik di Liga Champion
Liverpool dianggap sebagai klub mematikan pada Liga Champions musim ini. Deretan nama pemain seperti Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah, memiliki kemampuan mencetak gol dalam tiap permainannya. Pada musim ini, the Reds telah mencetak gol terbanyak sepanjang sejarah Liga Champions, yakni 45 gol.
Liverpool menjadi tim yang meluluhlantakkan, mendominasi permainan, dan menempatkan lawan di posisi yang sulit dalam setiap permainannya. Kombinasi antara determinasi, kecepatan, keterampilan, dan semangat tak kenal lelah mengantarkan Liverpool ke puncak.
Lawan-lawan seperti Porto, Manchester City, dan Roma dibuat tidak berdaya. Sementara itu, Liverpool semakin menguatkan posisinya.
3. Real Madrid terbaik, tetapi itu masa lalu
Real telah memenangkan dua Liga Champions terakhir. Mereka memiliki perjalanan sejarah yang tangguh. Akan tetapi, Los Blancos merupakan klub dengan sekumpulan pemain lama.
Banyak pemain terbaik Madrid yang sudah mencapai senja karier mereka. Sebut saja Christiano Ronaldo (33 tahun), Sergio Ramos (32 tahun), Luka Modric (32 tahun), Marcelo (30 tahun), Karim Benzema (30 tahun) merupakan pemain luar biasa. Namun, usia mereka semakin bertambah sehingga diprediksikan bakal kesulitan untuk menghadapi para pemain Juergen Klopp yang berusia lebih muda.
Infografis Mo Salah versus Cristiano Ronaldo
4. The Reds sudah beristirahat
Liverpool kecolongan dua kali ketika menghadapi Roma pada semifinal. Namun, hal tersebut lantaran kelelahan. Akhir musim ini memang menunjukkan kedalaman skuat Liverpool bermasalah.
Namun, the Reds menutup Liga Primer musim ini dengan kemenangan atas Brighton. Klopp juga sukses membangkitkan kepercayaan diri para pemain selama 1,5 pekan latihandi Marbella. Klopp pun menjanjikan Liverpool tidak akan mengalami masalah kelelahan sehingga lini belakangnya kecolongan.
5. Pendukung Liverpool
Kekuatan pendukung Liverpool pada malam nanti tidak akan diragukan lagi. Supporter the Reds diketahui sebagai satu-satunya yang konsisten pada seluruh pertandingan klub Eropa.
Para suporter ini pun bakal mendukung habis-habisan the Reds agar menciptakan keajaiban seperti tim legendaris yang ditukangi Rafa Benitez ketika menghadapi AC Milan di Istanbul, Turki. Kala itu, the Reds mencetak tiga gol dalam 7,5 menit.
6. Mental underdog
Liverpool di bawah asuhan Klopp kerap disebut memiliki mentalitas underdog yang terkadang merugikan mereka sendiri. Posisi underdog ini menguat menghadapi Madrid, yang ingin memenangi Liga Champions ketiga berturut-turut dan keempat dalam hanya lima tahun.
Di Madrid, muncul perasaan umum yang menganggap akhir Liga Champion akan terjadi simplistik. Reporter El Pais, Diego Torres, percaya, ini adalah akhir termudah yang akan dijalani oleh Madrid.
Namun, bagi the Reds, tidak akan semudah itu. Apabila Madrid berpikir kemampuan terbaik Liverpool terlihat saat laga kontra Roma maka mereka keliru. Liverpool hanya menelan empat kekalahan pada musim ini, di mana City nyaris tidak terkalahkan dengan hanya dua kekalahan di Liga Primer dan tiga pada Liga Champions.