REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Sanksi terbaru Amerika Serikat (AS) yang menargetkan Dena Airways disebut-sebut untuk mempermalukan Presiden Iran Hassan Rouhani. Rouhani secara rutin menggunakan maskapai penerbangan tersebut untuk bepergian.
Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (24/5), Departemen Keuangan AS mengatakan Dena Airways akan dikenai sanksi berdasarkan pada perintah presiden 2001 yang dirancang untuk menghalangi pendanaan teroris. Dena Airways melayani penerbangan untuk pemerintah Iran. "Pada November 2017, sebuah maskapai penerbangan yang disetujui AS sebelumnya, Meraj Air, mengalihkan operasi penerbangan VIP ke Dena Airways," kata pernyataan AS, dikutip Aljazirah, Ahad (27/5).
Menurut Trita Parsi, direktur eksekutif National Iranian American Council (NIAC), Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, yang digunakan oleh Presiden Rouhani. "Jadi apa tujuan Trump? Merendahkan moderat Iran dan memperkuat kelompok garis kerasnya," kata Parsi menulis di media sosial.
Menurut catatan publik yang disediakan oleh situs web Air Fleets, Dena Airways hanya mengoperasikan satu pesawat, Airbus A340-300 berusia 19 tahun. "Sanksi baru bisa mencegah penggunaan pesawat Dena Airways untuk perjalanan dinas karena perusahaan penanganan darat di seluruh dunia mungkin menolak untuk mengisi bahan bakar atau melayani pesawat", kata Esfandyar Batmanghelidj, pendiri situs Bourse Bazaar, menulis di media sosial.
Dia menyebut pesawat Dena Airways sebagai Air Force One milik Iran, yang melayani penerbangan presiden. Tidak ada reaksi segera dari pemerintah Iran mengenai sanksi terbaru tersebut
Dua orang Iran yang terkait dengan Dena Airways dan seorang pengusaha Turki bernama Gulnihal Yegane, juga mendapat sanksi, begitu juga tiga perusahaan terkait penerbangan yang terkait dengan Yegane. "Orang-orang itu sekarang sedang ditetapkan sebagai teroris global," menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin.
Mnuchin menuduh fasilitator Iran dan Turki memberikan layanan kepada empat maskapai penerbangan Iran yang sudah ada dalam daftar sanksi AS. Maskapai penerbangan dalam daftar tersebut adalah Mahan Air, Caspian Air, Meraj Air, dan Pouya Air.
Sebanyak 31 pesawat yang berafiliasi dengan maskapai tersebut juga telah ditambahkan ke daftar sanksi. Dari maskapai-maskapai itu, pemerintah AS menilai Mahan Air telah mengangkut pasukan dari IRGC, serta senjata dan peralatan ke Suriah. Mahan Air memiliki jumlah pesawat terbesar di Iran. IRGC adalah cabang angkatan bersenjata Iran yang melapor langsung kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
AS memberi sanksi keuangan pada Iran, menyusul keputusan Presiden AS Donald Trump untuk mundur dari kesepakatan nuklir Iran 2015.P ekan lalu, AS menunjuk dua pejabat tinggi Bank Sentral Iran sebagai "teroris", atas dugaan peran mereka dalam menyalurkan jutaan dolar kepada Hizbullah di Lebanon.