REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ROLers, pernahkah Anda membayangkan belalang sebagai kudapan? Sebuah penelitian menyarankan serangga sebagai makanan bergizi dan mudah dicerna tubuh.
"Dalam waktu lama tubuh mamalia dianggap tidak menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan eksoskeleton seperti serangga, sehingga serangga dianggap sangat sulit dicerna," kata peneliti dari Universitas Rutgers di New Jersey, Mareike Janiak, dilansir dari Web MD, Senin (28/5).
Penelitian Janiak justru menunjukkan sebaliknya. Mayoritas primata termasuk manusia memiliki setidaknya satu kopi gen disebut CHIA. Ini sejenis enzim perut yang bisa memecah cangkang luar serangga atau eksoskeleton. Studi ini baru saja diterbitkan di Jurnal Molecular Biology and Evolution.
Para ilmuwan masih memperdebatkan cara efektif mencerna eksoskeleton serangga. Salah satu yang disebut cara terbaik adalah memasaknya.
Orang-orang di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa mungkin tidak mempertimbangkan makan serangga, meski serangga menjadi makanan pokok bagi dua miliar penduduk seluruh dunia. Kebanyakan penelitian berfokus pada budaya makan ala barat, meski banyak orang di berbagai negara mengonsumsi serangga.
Sekitar 1.900 spesies serangga disebut sebut dapat dimakan. Mereka disebut bergizi, mengandung lemak sehat, protein, serat, vitamin, dan mineral penting. Faktor yuck alias jijik lah yang sesungguhnya menjadi perintang utama.
"Mereka yang suka udang atau lobster berpikir serangga itu menjijikkan. Padahal, kerang sesungguhnya mirip dengan serangga bawah laut," ujar Janiak.
Di Jepang, jangkrik direndam dalam pasta asin. Orang Uganda makan belalang dan rasanya disebut bisa seperti ayam. Saat ini bahkan sudah ada tepung berbahan baku jangkrik.