Senin 28 May 2018 09:30 WIB

Serangga Jadi Camilan Masa Depan?

Belalang dianggap sebagai makanan bergizi dan mudah dicerna tubuh.

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Belalang meskiko yang dijadikan kudapan.
Foto: Youtube
Belalang meskiko yang dijadikan kudapan.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- ROLers, pernahkah Anda membayangkan belalang sebagai kudapan? Sebuah penelitian menyarankan serangga sebagai makanan bergizi dan mudah dicerna tubuh.

"Dalam waktu lama tubuh mamalia dianggap tidak menghasilkan enzim yang dapat menghancurkan eksoskeleton seperti serangga, sehingga serangga dianggap sangat sulit dicerna," kata peneliti dari Universitas Rutgers di New Jersey, Mareike Janiak, dilansir dari Web MD, Senin (28/5).

Penelitian Janiak justru menunjukkan sebaliknya. Mayoritas primata termasuk manusia memiliki setidaknya satu kopi gen disebut CHIA. Ini sejenis enzim perut yang bisa memecah cangkang luar serangga atau eksoskeleton. Studi ini baru saja diterbitkan di Jurnal Molecular Biology and Evolution.

Para ilmuwan masih memperdebatkan cara efektif mencerna eksoskeleton serangga. Salah satu yang disebut cara terbaik adalah memasaknya.

Orang-orang di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa mungkin tidak mempertimbangkan makan serangga, meski serangga menjadi makanan pokok bagi dua miliar penduduk seluruh dunia. Kebanyakan penelitian berfokus pada budaya makan ala barat, meski banyak orang di berbagai negara mengonsumsi serangga.

Sekitar 1.900 spesies serangga disebut sebut dapat dimakan. Mereka disebut bergizi, mengandung lemak sehat, protein, serat, vitamin, dan mineral penting. Faktor yuck alias jijik lah yang sesungguhnya menjadi perintang utama.

"Mereka yang suka udang atau lobster berpikir serangga itu menjijikkan. Padahal, kerang sesungguhnya mirip dengan serangga bawah laut," ujar Janiak.

Di Jepang, jangkrik direndam dalam pasta asin. Orang Uganda makan belalang dan rasanya disebut bisa seperti ayam. Saat ini bahkan sudah ada tepung berbahan baku jangkrik.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement