REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Tiga siswi Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengikuti program Mubaligh Hijrah di Taiwan. Mereka pun memberikan pendampingan baca Alquran dan ilmu keagamaan bagi para TKW (Tenaga Kerja Wanita) Indonesia yang menghuni di shelter-shelter di bawah naungan Kantor Dagang Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan.
Para siswi kelas 6 atau kelas XII itu antara lain Leny Pramedia W, Ageng Pangestuti, dan Zulva Amirul. Menurut Wakil Direktur III Bidang Kesiswaan Madrasah Mualimaat Muhammadiyah Yogyakarta, Unik Rasyidah, ketiga siswa tersebut didampingi seorang guru.
Dijelaskan tujuan Mubaligh Hijrah adalah membentuk karakter dan mental sebagai calon ulama dan pemimpin yang mampu berkiprah di nasional dan internasional, mendidik para siswi untuk memiliki daya juang dalam mengembangkan dakwah Islam, memberikan wawasan luas tentang perkembangan Islam, serta memberikan pendampingan baca Alquran dan ilmu agama bagi para TKW yang di shelter.
"Program ini terselenggara atas bantuan Pimpinan Cabang Istimewa (PCI) Muhammadiyah Taiwan dan PCI Aisyiyah," kata Unik, Selasa (29/5).
Ia menambahkan, program Mubaligh Hijrah pada tahun ini dilaksanakan dengan tiga pola. Yakni, Mubaligh Hijrah internasional ke Malaysia dan Taiwan, Mubaligh Hijrah nasional ke Enrekang Sulawesi Selatan dan Pomala Sulawesi Tenggara, serta Mubaligh Hijrah lokal (DIY dan Jawa Tengah).
"Mereka mengisi kegiatan dengan mengajar TPA, mengajar di sekolah, pelatihan perawatan jenazah, tapak suci, diskusi dengan remaja masjid, kerja bakti, penertiban keibadahan, pembuatan majalah dinding, dan aktivitas sosial keagamaan lainnya," ujarnya.
Tahun ini, sebanyak 217 siswi Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta yang diterjunkan untuk berdakwah selama 20 hari. Unik mengatakan, peserta Mubaligh Hijrah merupakan siswa kelas tiga, empat dan lima, tetapi untuk kelas tiga dan empat tidak wajib.
Sedangkan kelas lima wajib. Mereka lantas disebar ke wilayah DIY dan Jawa Tengah sebanyak 179 siswi, di Enrekang Sulawesi Selatan dan Pomala Sulawesi Tenggara sebanyak 20 siswi, dan ke Malaysia sebanyak 15 siswi dan Taiwan sebanyak tiga siswi.