REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Militer Israel mengatakan, militan di Gaza telah menembakkan lebih dari 25 mortir ke arah warga Israel selatan pada Selasa (29/5). Serangan ini tampaknya menjadi serangan tunggal terbesar yang dilakukan dari Gaza sejak perang Israel-Hamas pada 2014.
Menurut militer Israel, sebagian besar mortir itu berhasil diadang oleh sistem pertahanan Iron Dome dan tidak ada yang terluka. Serangan proyektil volume tinggi ini terjadi saat ketegangan semakin meningkat di sepanjang perbatasan Israel-Gaza.
Media Israel melaporkan, salah satu mortir mendarat di dekat taman kanak-kanak. Penduduk setempat melayangkan aksi protes terhadap Pemerintah Israel karena mereka rentan terkena ancaman tembakan dari Gaza selama 15 tahun terakhir.
Ketegangan terjadi di daerah perbatasan dalam beberapa pekan terakhir ketika warga Palestina melakukan protes massal. Tembakan tentara Israel telah menewaskan lebih dari 110 warga Palestina dalam aksi protes yang telah mencapai puncaknya pada 14 Mei lalu itu.
Pada Ahad (20/5), tentara Israel menewaskan tiga militan Palestina dari kelompok Jihad Islam. Tentara mengklaim, penembakan itu dilakukan setelah pasukan mereka menemukan sebuah bom yang ditanam di sepanjang perbatasan.
Sementara pada Senin (21/5), sebuah tank menembaki pos Hamas di Jalur Gaza, hingga menewaskan satu orang dan melukai satu orang lainnya. Sebelumnya pasukan Israel telah terlebih dahulu menangkap dua orang Palestina bersenjata.
Hamas mengatakan, sebuah perahu yang ditumpangi mahasiswa dan pasien medis akan berlayar keluar dari pelabuhan Gaza pada Selasa (29/5). Aksi ini bertujuan untuk mematahkan 11 tahun blokade laut yang diberlakukan oleh Israel.