Selasa 29 May 2018 17:03 WIB

Haedar Berharap Muhammadiyah Tampilkan Keadaban Digital

Muhammadiyah bisa menampilkan keadaban perilaku, ujaran, dan relasi digital.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menghadiri penutupan Pengkajian Ramadan 1439 H yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Ciracas, Jakarta, Selasa (29/5).
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nasir menghadiri penutupan Pengkajian Ramadan 1439 H yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah di Kampus Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka, Ciracas, Jakarta, Selasa (29/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap kepada seluruh keluarga besar Muhammadiyah membangun teladan yang baik atau uswah hasanah. Haedar berharap keluarga Muhammadiyah bisa menampilkan segala macam keadaban di era milenial ini.

Berbagai macam keadaban ini mulai dari perilaku, ujaran, dan relasi sosial digital. “(Keadaban) Ini yang mengandung nilai-nilai teladan, bingkai-bingkai kebajikan,” ujar Haedar saat sambutan dalam acara penutupan Pengkajian Ramadhan 2018 di Kampus Fakultas FKIP Uhamka, Jakarta Timur, Selasa (29/5).

Haedar menjelaskan bangsa Indonesia saat ini sedang menghadapi realitas baru di era digital. Karena, menurut dia, relasi sosial dalam kebangsaan telah banyak dipengaruhi oleh dunia digital.

Menurut dia, era digital di satu sisi memang memiliki dampak positif. Akan tetapi, jika tidak cerdas dalam menyikapinya maka akan mengalami peluruhan atau pengurangan nilai sebagai bangsa yang beragama, berpancasila, dan sebagai bangsa yang berbudaya. 

Haedar menjelaskan, di era digital ini terdapat banyak isu, pemikiran, ujaran kebencian dan permusuhan, serta marak hoax. Menurut dia, hal ini bisa menjadi virus yang tidak baik bagi generasi milenial yang berusia sekitar 15-34 tahun. 

Karena itu, keluarga Muhammadiyah harus menjadi uswatun hasanah. “Muhammadiyah harus menjadi contoh sebagaimana nabi menampilkan uswah hasanah," ucapnya di hadapan ratusan pimpinan organisasi Muhammadiyah se-Indonesia.

Dalam hal ini, lanjut dia, pimpinan Muhammadiyah juga harus memberikan narasi-narasi alternatif yang memberikan pesan-pesan damai. Narasi itu menunjukkan Islam yang membawa keselamatan, dan Islam yang selalu menebarkan kebajikan bagi siapapun. 

Termasuk, dia menambahkan, kepada yang berbeda pandangan politik atau berbeda dalam hal SARA. "Kehadiran Islam harus menampilkan Islam yang Ihsan, Islam yang melampui, Islam yang menebarkan bukan hanya dengan kata dan retorika tapi juga dalam tindakan nyata," kata Haedar.

Haedar yakin dengan kekuatan lembaga pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial yang dikembangkan Muhammadiyah, ke depannya Islam ramatal lil alamin akan benar-benar terwujud di Indonesia. "Kita bisa terus menggelorakan Islam yang rahmatan lil alamin lewat membangun kontruksi keadaban yang uswatun hasanah dan narasi-narasi yang alternatif sehingga bangsa ini tetap terjaga nilai-nilai moral dan keadabannya," kata Haedar menjelaskan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement