REPUBLIKA.CO.ID, PHNOM PENH -- Sebanyak 20 pengusaha Kamboja dan pengusaha Indonesia yang berdomisili di Phnom Penh, menghadiri pertemuan Indonesia-Cambodia Business Club (ICBC) di ibu kota Phnom Penh, pada Senin (28/5). Acara tersebut bertujuan untuk mempererat kerja sama pengusaha di kedua negara yang tergabung dalam ICBC yang telah dibentuk pada 26 Januari lalu.
"Pengusaha merupakan ujung tombak dan bagian yang tidak terpisahkan dalam menunjang hubungan kedua negara, untuk itu saya berharap kiranya melalui ICBC, dapat dibangun ikatan yang kuat memajukan kerja sama ekonomi kedua negara," ujar Duta Besar RI untuk Kamboja, Sudirman Haseng, yang turut menghadiri pertemuan tersebut.
Dubes Sudirman berharap ICBC dapat menjadi wadah perkumpulan yang efektif untuk berbagi informasi, pengalaman, dan praktik guna mendorong usaha dan perdagangan, baik di Kamboja maupun di Indonesia. Hal tersebut mengingat hubungan ekonomi Indonesia dan Kamboja dinilai belum maksimal, sehingga diperlukan upaya yang progresif dan inovatif untuk meningkatkan kerja sama dengan menangkap berbagai peluang yang ada.
Ia mengatakan, KBRI Phnom Penh siap memfasilitasi kerja sama ekonomi kedua negara dengan membuat kegiatan-kegiatan yang efektif untuk mempromosikan perdagangan, pariwisata, dan investasi di Kamboja. Salah satu kegiatannya adalah penyelenggaraan Indonesia Trade and Tourism Promotion (ITTP) pada 28-30 September mendatang di Phnom Penh, yang kiranya dapat didukung oleh ICBC. Selanjutnya, Dubes Sudirman juga mengundang pengusaha Kamboja untuk berpartisipasi aktif dalam mengikuti serangkaian kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) pada Oktober mendatang di Indonesia.
KBRI Phnom Penh dalam pernyataan resmi yang diterima Republika.co.id pada Selasa (29/5), mengungkapkan perdagangan Indonesia dan Kamboja mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2017, nilai perdagangan bilateral kedua negara mencapai 542 juta dolar AS atau meningkat sebesar 19,9 persen dari nilai perdagangan 2016 sebesar 452 juta dolar AS, dengan surplus dari pihak Indonesia.
Beberapa produk ekspor utama Indonesia ke Kamboja meliputi produk rokok dan tembakau olahan, batu bara, kertas, kendaraan bermotor, produk farmasi, makanan olahan, pakaian jadi, produk karet, CPO, bahan bangunan, dan alat pertanian. Sementara produk ekspor utama Kamboja ke Indonesia yaitu pakaian jadi dan produk tekstil, sepatu, serta produk kointainer penyimpanan.
Melalui wadah ICBC yang difasilitasi oleh KBRI Phnom Penh, para pengusaha dapat mengeksplorasi berbagai peluang kerja sama serta mengembangkan jejaring di Kamboja dan Indonesia. Indonesia selama ini telah tertinggal dari negara-negara lainnya di ASEAN dalam melakukan peneterasi pasar di Kamboja.