REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gunung Puntang memiliki hasil bumi yang sangat populer, yaitu kopi. Kopi asal wilayah ini mendapat skor terbaik dalam ajang kopi internasional di Amerika Serikat.
Keberhasilan kopi Gunung Puntang di ajang internasional itu membuat Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal Purnawirawan Moeldoko berkunjung. Ia ingin mengetahui bagaimana kopi tersebut dihasilkan.
"Prestasi yang luar biasa ditorehkan Kopi Puntang di ajang kopi internasional di Amerika dengan skor 86.2. Makanya saya ingin mengetahui kopi tersebut. Diharapkan bisa dikembangkan dan dipertahankan prestasinya," ujarnya saat mengunjungi kawasan tanaman kopi di Gunung Puntang, Kecamatan Cimaung, Kabupaten Bandung, Selasa (29/5).
Ia menuturkan, salah satu yang perlu ditingkatkan adalah produksi Kopi Gunung Puntang. Saat ini, kapasitasnya hanya dua kilogram (kg) per masa panen. Diharapkan, ke depan kapasitasnya bisa meningkat hingga lima kg per masa panen.
Oleh karena itu, ada beberapa solusi yang bisa dilakukan petani kopi agar produksi meningkat. Salah satunya adalah dengan menggunakan pupuk organik. Menurutnya, penggunaan pupuk organik relatif lebih aman untuk tanaman kopi maupun lahannya.
"Pupuk organik itu kalau hujan, limbah pupuknya tidak akan sampai mencemari areal tanaman kopi yang ada di bawahnya," ungkapnya.
Selain itu, penggunaan teknologi dalam menanam kopi harus mulai ditingkatkan. Pemasaran dan manajemen pemasaran pun perlu ditingkatkan.
Salah seorang petani, Ayi Suteja mengatakan saat ini di kawasan Gunung Puntang ada 500 pohon tanaman kopi yang dikelola para petani. Luas lahannya kurang dari satu hektare.
Beberapa permasalahan yang dihadapi petani di antaranya ketidakmampuan petani membeli pupuk. Selain itu, akses jalan yang terlalu jauh berdampak pada ongkos produksi lebih besar.
"Bantuan dari pemerintah belum ada hanya ada dari bank. Alasannya, karena ini masuk kawasan hutan yang dikelola Perhutani," ungkapnya.
Dirinya mengatakan, rata-rata pohon kopi di Gunung Puntang menghasilkan dua kilogram kopi. Pihaknya mendorong agar daripada meluaskan lahan lebih baik mengupayakan pohon bisa memproduksi lebih dari 2 kg kopi.
"Kopi di sini dijual Rp 750 ribu per kg," ujarnya.