Kamis 31 May 2018 18:49 WIB

Anak Muda Mataram Rayakan HTTS

Ironisnya, iklan-iklan masih bertebaran bahkan dalam bentuk yang sangat mencolok.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah Pelajar melakukan kampanye bahaya merokok (Ilustrasi)
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Sejumlah Pelajar melakukan kampanye bahaya merokok (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gagas Mataram bersama Dewan Anak Kota Mataram, LPA Kota Mataram dan Relawan Peduli Anak melakukan perayaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Kamis (31/5). Perayaan ini dipusatkan di Simpang Lima Ampenan dan Panggung Arena Pantai Ampenan. Sejumlah kegiatan menarik dilakukan, antara lain, kampanye HTTS dengan memberikan informasi dan edukasi kepada khalayak dengan membagikan sticker, orasi, dan creative action.

Rangkaian kegiatan akan diakhiri dengan penandatanganan "Maklumat kaum muda Mataram” yang menuntut Pemerintah Kota Mataram untuk serius menjadikan Kota Mataram sebagai Kota Layak Anak dengan tidak memberikan ijin untuk pelaksanaan Iklan, Promosi dan Sponsor Rokok serta memberlakukan Perda Kawasan Tanpa Rokok secara tegas.

"Anak muda Mataram ingin mengajak semua pihak menguatkan komitmen menjadikan kota Mataram sebagai Kota Layak Anak (KLA) tanpa Iklan, Promosi dan Sponsorship Rokok," ujar Direktur Gagas Foundation Mataram, Azhar Zaini di Mataram, NTB, Kamis (31/5).

Azhar menjelaskan, HTTS yang dirayakan di seluruh dunia sebagai sebuah peringatan serius akan ancaman bahaya rokok bagi generasi dan kehidupan, terutama besarnya kontribusi rokok sebagai penyebab kematian dan penderitaan secara global.

Dia menilai, Pemerintah nyaris gagal dalam mengendalikan laju pertumbuhan perokok pemula. Dalam indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019, ditargetkan terjadinya penurunan jumlah perokok pemula dari angka 7,2 persen menjadi 5,4 lersen. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. 

Dia menyebutkan, pada 2016 saja, angka perokok pemula naik menjadi 8,8 persen. "Kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah perokok terbesar ke tiga di dunia setelah Cina dan India," katanya.

Azhar menambahkan, komitmen pemerintah khususnya di Kota Mataram dalam memberikan perlindungan terhadap anak dan generasi muda dari serangan produsen rokok masih setengah hati.

"Berbagai statemen Pemkot Mataram di media untuk menghapuskan iklan rokok di tahun 2018 sebagai tahun ditargetkannya Kota Mataram sebagai Kota Layak Anak hanya isapan jempol," lanjut Azhar. 

Iklan-iklan masih bertebaran bahkan dalam bentuk yang sangat mencolok, seperti munculnya Videotron diberbagai sudut kota. Pemkot Mataram, lanjut dia, masih dengan mudah memberi ijin promosi rokok yang dibalut pergelaran musik, dan event-event olah raga yang di sponsori produk rokok.

"Kondisi ini mengancam kegagalan Kota Mataram naik peringkat, yang saat ini berstatus Pratama menjadi Kota Layak Anak," ungkap Azhar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement