Kamis 31 May 2018 20:28 WIB

Eva: Aksi Geruduk Salah Tapi Penulisan Provokatif Juga Salah

Politikus PDIP menyesalkan aksi penggerudukan di kantor Radar Bogor

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Bayu Hermawan
Anggota Komisi XI DPR RI Eva Kusuma Sundari.
Foto: dpr
Anggota Komisi XI DPR RI Eva Kusuma Sundari.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari menyesalkan terjadinya aksi penggerudukan yang dilakukan oleh ratusan kader dan simpatisan PDIP ke kantor Radar Bogor, pada Rabu (30/5) kemarin. Eva mengajak semua pihak untuk saling menjaga agar situasi kondusif.

Sebab menurutnya, aksi penggerudukan ke kantor Radar Bogor disebabkan karena upaya provokatif media tersebut. "Saya menyesali kejadian tersebut, tetapi sebaiknya kewajiban menjaga situasi kondusif berlaku ke semua pihak bukan saja teman-temen PDIP. Ada aksi maka timbul reaksi," ujarnya kepada wartawan, Kamis (31/5).

Menurutnya, pemberitaan Radar Bogor terkait gaji Megawati Soekarnoputri dari jabatan Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) terlalu provokatif. Ini juga yang menyebabkan aksi massa dari PDIP tersebut.

"Karena aksi yang tendensius bisa berdampak provokasi ke teman-teman PDIP, menggeruduk salah, tapi penulisan yang provokatid juga salah. Sebaiknya media juga punya politik pemberitaan pro perdamaian dan pengabaran tidak diframe berat sebelah," kata Eva.

Anggota Komisi XI DPR itu pun mengajak semua pihak saling mengintropeksi satu sama lain dan saling memaafkan. Apalagi dalam suasana Ramadhan seperti saat ini. "Semoga semua mengambil hikmah dari peristiwa ini. PDIP tentu akan menasehati kader untuk tidak gampang terpancing dan fokus pasa agenda politik sesuai keputusan partai yaitu berjuang untuk menang," jelasnya.

Sebelumnya, sekitar seratus kader dan simpatisan PDIP meluapkan emosi dengan membawa sepeda motor dan pengeras suara. Mereka datang dengan membentak dan memaki karyawan, bahkan mengejar staf yang sedang bertugas.

Aksi tersebut dipicu pemberitaan Radar Bogor yang menampilkan foto Megawati dengan judul Ongkang-ongkang Kaki Dapat Rp 112 Juta. Menurut massa PDIP yang hadir ke kantor Radar Bogor, berita tersebut dianggap sangat tendensius.

Baca juga: DPP PDIP akan Gali Fakta Soal Aksi Kader Geruduk Radar Bogor

Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Arteria Dahlan mengatakan, DPP sedang menggali fakta terkait aksi ratusan kader maupun simpatisan PDIP yang menggeruduk kantor media Radar Bogor, Kota Bogor, Rabu (30/5) kemarin. DPP kata Arteria ingin mencari tahu fakta yang sebenarnya terjadi dari peristiwa tersebut.

"Kita lihat ini bagaimana fakta hukumnya, lagi mencari fakta," ujar Arteria di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/5).

Menurutnya, dalam mencari fakta tersebut, DPP juga sudah memanggil beberapa pihak untuk memberi klarifikasi dan mendapat gambaran dari kejadian tersebut. "Beberapa teman-teman itu sudah dipanggil untuk memberi klarifikasi, ya nanti kita mendapat gambaran lebih dan DPP akan menyikapinya," katanya.

Baca juga: Kantornya Digeruduk Kader PDIP, Ini Kata Pemred Radar Bogor

Pemimpin Redaksi Radar Bogor, Tegar Bagja memberi respon terhadap pemberitaan terkait ratusan orang yang sempat membuat keributan di kantornya pada Rabu (30/5) sore. Menurutnya, pihak Radar Bogor dan ratusan orang yang meminta penjelasan tentang penghasilan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) tersebut sudah melakukan diskusi.

Ada beberapa hal yang disepakati. Di antaranya, klarifikasi Radar Bogor bahwa Rp 112 juta penghasilan Megawati dan BPIP. "Itu kan masih dalam koridor wajar untuk diberitakan ulang," tutur Tegar dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (31/5).

Selain itu, Tegar menambahkan, ada kesalahan lagi bahwa Rp 112 juta itu bukanlah gaji melainkan penghasilan. Sebab, penghasilan terdiri dari beberapa variabel, seperti tunjangan. Kesalahan ini akan diakui Radar Bogor melalui koran terbitan hari ini.

Menurut Tegar, hal-hal yang sifatnya korektif ini masih dapat diakui dan akan dikoreksi. Tapi, ada sejumlah permintaan lain yang menurutnya di luar kewenangan redaksi seperti permintaan maaf satu halaman. "Itu kan bukan kewenangan kami, kami tidak sepenuhnya salah," ucapnya. Di samping itu, Tegar menyesal atas tindakan massa yang merusak sejumlah fasilitas kantor seperti tempat sampah dan meja aula.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement