Jumat 01 Jun 2018 04:25 WIB

Biro Perjalanan Ingin Israel Tinjau Ulang Larangan WNI

Ada 3.000 WNI berencana mengunjungi Israel.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Bendera Israel
Bendera Israel

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Biro perjalanan umat Kristiani, Rhema Tours berharap Pemerintah Israel meninjau ulang kebijakan larangan perjalanan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) ke negaranya.

"Saya berharap supaya pemerintah Israel bisa meninjau kembali kebijakannya untuk mencabut larangan itu," kata Direktur Rhema Tours, Rio Pattiselanno kepada Republika.co.id, Kamis (31/5).

Ia menjelaskan kebijakan larangan itu sangat berdampak pada sektor pariwisata, baik biro perjalanan Indonesia atau wisata Israel. Berdasarkan hasil diskusi dengan rekan pengelola biro perjalanan, ia melanjutkan, setidaknya ada 3.000-an calon wisatawan berencana mengunjungi Israel, baik umat Kristiani maupun Muslim.

Rio mengatakan kebijakan itu membuat WNI tidak bisa mengakses Yerusalem yang merupakan lokasi kota suci bagi tiga agama, yakni Islam, Kristen, dan Yahudi. "Kalau ada larangan, Indonesia ada dua agama itu (Islam dan Kristen), tentu terkena dampak," ujar dia.

Rio mengatakan Rhema Tours telah menginfomasikan pada pendeta, pemimpin rohani, peserta, dan mitra terkait kebijakan itu. Ia meminta mereka menunggu hingga 5 Juni untuk mendapat hasil diskusi dengan agen lokal di Israel.

"Jangan mengambil langkah dulu sampai 5 Juni. Kalau tetap ada pelarangan dan tak dibuka, maka kita akan menjadwal ulang," ujar dia.

Namun, ia belum bisa memastikan kapan penjadwalan ulang untuk peserta. Mereka juga tidak ingin mengalihkan perjalanan ke negara lain, sebab semua peserta berniat ke Yerusalem untuk beribadah di Gereja Makam Kudus dan Betlehem.

Terkait kebijakan itu, ia bersyukur pendeta, peserta, dan mitra memahami kondisi itu. Dalam waktu dekat, Rhema Tours memiliki jadwal perjalanan ke Yerusalem pada 20 Juni untuk lebih dari 50 peserta. Tanggal tersebut sengaja dipilih karena digunakan untuk mengisi waktu libur Lebaran. Selain itu, sudah ada jadwal lainnya untuk bulan-bulan berikutnya.

Rio beranggapan, larangan itu memberi kerugian pada Pemerintah Israel sendiri. Ia mengatakan, tiga pendapatan terbesar Israel berasal dari ilmu pengetahuan alam (iptek), turis, dan pertanian.

Rio bersyukur Pemerintah Indonesia melalui Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Syaifuddin dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi akan berkoordinasi mencari jalan keluar mengatasi kebijakan Israel itu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement