REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- PT Semen Padang mengincar proyek-proyek infrastruktur yang kini digarap pemerintah. Serapan semen untuk proyek infrastruktur diharapkan bisa memulihkan pasar domestik yang kini mengalami kelebihan kapasitas produksi.
Sejumlah proyek yang diincar Semen Padang antara lain pengerjaan tol Padang-Pekanbaru, pembangunan Pasar Atas Bukittinggi pascaterbakar, dan proyek skala kecil yang pendanaannya menggunakan dana desa.
"Sebisa mungkin tetap pakai produk lokal termasuk semennya," kata Komisaris PT Semen Padang Khairul Jasmi di Wisma Indarung, Kamis (31/5).
Perusahaan semen pelat merah memang punya pekerjaan rumah besar untuk berkompetisi di pasar. Direktur Keuangan Semen Padang Tri Hartono Rianto menyebutkan, merek-merek semen asing kini mulai membanjiri pasar dalam negeri. Di Pulau Jawa misalnya, produsen asal Taiwan, Thailand, Cina, dan pemain lama seperti Holcim dan Indocement ikut meramaikan pasar.
"Sehingga, cukup sengit persaingannya. Pasar Sumatra masih kita kuasai tapi persaingan ketat, maka mau tak mau kita harus atur strategi," jelas Tri.
Tri mengatakan, pada 2017 lalu laba bersih nyaris seluruh pemain industri semen turun 50-55 persen. Laba bersih PT Semen Indonesia (persero) sebagai induk Semen Padang misalnya, anjlok separuh dari Rp 4 triliun di 2016 menjadi Rp 2 triliun di 2017. Khusus Semen Padang sendiri, laba bersihnya terkoreksi 30 persen.
Mengatasi risiko anjloknya laba perusahaan, Semen Padang juga melakukan langkah efisiensi produksi. Bahkan, korporasi menargetkan adanya nilai efisiensi hingga Rp 200 miliar pada 2018 ini. Sayangnya, upaya ini diyakini belum cukup ampuh untuk mendongkrak kinerja keuangan. Harga batu bara yang melonjak membuat biaya produksi ikut naik. Di sisi lain, produsen semen tak bisa menaikkan harga jual semen demi meraih pasar.
"Makanya, jalan lain adalah menyasar proyek infrastruktur. Termasuk, tol dan dana desa. Di Sumbar, alokasi dana desa Rp 40 miliar," kata Tri.