Sabtu 02 Jun 2018 08:11 WIB

Din: Pertumbuhan Pemeluk Protestan Meningkat per Tahun

Din mengingatkan misi dan dakwah tak boleh mengganggu kerukunan.

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Reiny Dwinanda
Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin

REPUBLIKA.CO.ID, BRASTAGI -- Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog Antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP), Din Syamsuddin mengungkapkan umat Islam acap kali tersinggung terhadap perkembangan misi Kristen di Indonesia. Ia menyebut, beberapa penelitian menunjukan bahwa tingkat pertumbuhan pemeluk Protestan per tahunnya meningkat, terutama di beberapa kantong Muslim, seperti Yogyakarta dan Sumatra Barat.

"Data-data seperti ini mengentalkan berkembangnya isu kristenisasi, yang pada gilirannya turut memengaruhi berkembangnya radikalisme Islam di Indonesia," ujar Din di hadapan lebih dari 300 pemuka agama Kristen peserta Konferensi Pekabaran Injil 2018 di Brastagi, Sumatra Utara, Jumat.

Din juga menuturkan, dalam Muyawarah Besar Pemuka Agama untuk Kerukunan Bangsa yang diselenggarakan oleh Kantor UKP-DKAAP di Jakarta pada Februari lalu, telah dibahas bersama dasar relasi hubungan antaragama. Disepakati bahwa pondasi relasi tersebut harus bersandar pada persahabatan berdasarkan kemanusiaan sejati.

Dalam pertemuan itu juga disepakati bahwa NKRI berdasarkan Pancasila adalah final. Din mengingatkan takdir anak negeri adalah hidup sebangsa di dalam kemajemukan.

"Untuk itu, kita mengaku bahwa bersama kita dari Tuhan, untuk Tuhan dan kemanusiaan. Di dalam Islam, ini yang dimaksudkan dengan rahmatan lil alamin," kata Din yang juga Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Din menegaskan, kerukunan yang diperjuangkan bukan saja berdasarkan kebutuhan bangsa, tetapi juga kebutuhan setiap orang dan kelompok. Dalam kaitan ini, kerukunan tak boleh menghalangi misi dan dakwah. "Sebaliknya juga misi dan dakwah tak boleh mengganggu kerukunan," ujar dia.

Din pun menjelaskan, misi maupun dakwah ada yang berhaluan keras, tetapi juga yang halus. Ada yang membangun pandangan dan tujuan untuk menambah jumlah umat, tetapi juga ada yang hanya mengajak ke jalan Allah. Dia mengungkapkan jalan Allah dalam pengertian ini merujuk pada kebaikan bersama.

Semua agama, menurut Din, punya persepsi yang sama tentang Sang Pencipta, sekalipun sebutannya berbeda. "Jelas di sini bahwa dakwah itu bukan untuk mengajak orang masuk Islam, tetapi menuntun orang ke jalan yang benar," kata dia menjelaskan.

Konferensi Pekabaran Injil 2018 diselenggarakan oleh Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) bekerja sama dengan Persekutuan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia (PGPI), Persekutuan Gereja-gereja, dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia (PGLII). Kegiatan ini dilangsungkan selama tiga hari, yaitu dari 29 Mei hingga 31 Mei 2018.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement