Sabtu 02 Jun 2018 08:31 WIB

Memutus Tradisi Menginap di Pelabuhan Bakauheni

Pemudik disarankan untuk berjalan di siang hari agar tak perlu menginap di pelabuhan.

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah pengendara motor dan mobil memadati kapal Ferry tujuan pelabuhan Bakauheni, di Pelabuhan Merak, Banten, Minggu (21/8).
Foto: Antara
Sejumlah pengendara motor dan mobil memadati kapal Ferry tujuan pelabuhan Bakauheni, di Pelabuhan Merak, Banten, Minggu (21/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BAKAUHENI -- Stigma negatif Terminal Induk Rajabasa Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung, masih menempel kuat di benak pemudik dari Pulau Jawa. Terminal bus tersebut dahulu termasuk rawan tindak kriminal.

Mempertimbangkan aspek keamanan, pemudik yang tiba dari Pelabuhan Merak menggunakan kapal ferry roll on roll off (roro) malam hari pun memilih menginap di Pelabuhan Bakauheni menunggu pagi. Peron Pelabuhan Bakauheni di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, menjadi lokasi pilihan utama untuk menginap.

PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (IF) Bakauheni Lampung pun mengantisipasi kebutuhan pemudik dengan menyediakan tempat bermalam. "Di bawah, kami siapkan karpet, kopi, dan minuman gratis semua. Ada kipas angin,'' kata General Manager PT ASDP-IF Bakauheni Lampung Anton Murdiyanto saat ditemui Republika.co.id di Pelabuhan Bakauheni, Kamis (31/5).

Meski begitu, Anton mengharapkan pemudik pengguna transportasi umum melakukan perjalanan pada pagi atau siang hari agar tidak terlalu malam tiba di pelabuhan. ''Kalau malam menginap di sini nanti terjadi penumpukkan,'' ujar mantan General Manager PT ASDP Lombok Barat ini.

Selain itu, Anton mengajak pemudik melanjutkan perjalanan ke berbagai tujuan dan juga ke Terminal Rajabasa. Menurutnya, Polda Lampung telah menjamin keamanan perjalanan mudik pada malam hari di jalan lintas Sumatra dan juga di Terminal Rajabasa.

Kepala Kepolisian Sektor Keamanan Pelabuhan (KSKP) Bakauheni AKP Trisno Sigit mengatakan, pemudik pengguna transportasi umum tidak perlu takut lagi melanjutkan perjalanan mudik pada malam hari setelah tiba di Pelabuhan Bakauheni. ''Petugas akan mengawal perjalanan mudik di jalan lintas, juga sampai Terminal Rajabasa,'' kata AKP Trisno Sigit kepada Republika.co.id.

Selain faktor keamanan, tradisi bermalam di Pelabuhan Bakauheni menjadi tempat melepas lelah. ''Kalau yang membawa keluarga biasanya tidur di sini besok pagi baru berangkat,'' kata Dani, petugas kebersihan Pelabuhan Bakauheni.

Sebelumnya, tradisi menginap di Pelabuhan Bakauheni, menjadi ajang bagi para calo di pelabuhan menawarkan sewa tikar, bantal, kardus, dan minuman. Harga yang ditawarkan terbilang sangat terjangkau. Pemudik banyak yang memanfaatkan penawaran tersebut. "Daripada tidur di semen mendingan sewa tikar dan bantal,'' tutur Dani.

Pada puncak arus mudik, H-3 dan H-2, biasanya pemudik pejalan kaki yang turun dari kapal ferry meningkat drastis, apalagi pada malam hari. Selasar dalam Pelabuhan Bakauheni pada malam hari dipenuhi pemudik.

Banyaknya yang menginap di pelabuhan membuat terjadi penumpukan penumpang pada pagi harinya. Armada bus dan travel ke Terminal Rajabasa pun tak sanggup memfasilitasi lonjakan penumpang. Alhasil, pemudik terpaksa menunggu kedatangan bus dan mobil travel dari Kota Bandar Lampung.

Kedatangan pemudik di Terminal Rajabasa Kota Bandar Lampung pada pagi hingga petang hari memberikan keuntungan bagi pemudik dari Pelabuhan Bakauheni yang ingin melanjutkan perjalanan mudik ke kampung halaman. Bus-bus Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan juga Angkungan Kota Antar-Provinsi (AKAP) berbagai tujuan masih banyak tersedia.

Sebaliknya, jika pemudik tiba di Terminal Rajabasa malam hari, bus AKDP dan AKAP sudah kosong. Pemudik pun terpaksa menginap di terminal.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement