Sabtu 02 Jun 2018 12:00 WIB

Trump-Kim Jong-un Diprediksi Jadi Bertemu 12 Juni

Keduanya akan bertemu di tempat yang dijadwalkan yaitu Singapura.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump
Foto: EPA
Kim Jong-un dan Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Setelah sempat dibatalkan, pertemuan puncak antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un tampaknya akan tetap dilakukan di tanggal awal, yaitu 12 Juni di Singapura. Pada Jumat (1/6), Trump telah membuat keputusan setelah ia menyambut kedatangan tangan kanan Kim Jong-un, Kim Yong-chol, ke Gedung Putih.

"Prosesnya akan dimulai pada 12 Juni di Singapura," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih. Akan tetapi dia mengakui, Kim Jong-un masih sangat berhati-hati dengan keputusannya. Kim tidak akan lari ataupun melakukan hal-hal yang diminta oleh Pemerintah AS. "Saya bilang pada mereka, pergunakan waktumu. Kita bisa cepat, kita bisa lambat," ungkap Trump.

Pengumuman yang disampaikan Trump dalam siaran televisi itu adalah perubahan terbaru dalam drama politik dan diplomatik trans-Pasifik yang kadang-kadang berlangsung secara real time, dan telah dipantau secara ketat di media sosial. Ketegangan antara Washington dan Pyongyang telah membuat Trump memutuskan untuk membatalkan rencana pertemuannya dengan Kim Jong-un pada 24 Mei lalu. Di hari yang sama, Korut mengumumkan mereka telah menghancurkan situs uji coba nuklirnya di Punggye-ri.

Sejumlah peristiwa diplomatik pun terjadi setelah itu, termasuk pertemuan kedua antara Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jae-in dan Kim Jong-un di desa perbatasan Panmunjeom pada 26 Mei.

Berikut adalah beberapa sorotan penting, perkembangan, dan liku diplomatik tentang semenanjung Korea dan KTT AS-Korut di Singapura yang mengarah pada pengumuman Trump pada Jumat (1/6), yang telah dirangkum Aljazirah.

- 1 Januari: Setelah berbulan-bulan melakukan uji coba senjata provokatif, termasuk peledakan hulu ledak termonuklir dan tiga peluncuran rudal jarak jauh, Kim Jong-un berbicara dalam pidato Tahun Baru bahwa ia memiliki tombol nuklir di mejanya, tetapi ia juga menginginkan hubungan yang lebih baik dengan Korsel.

- 9 Januari: Para pejabat Korut dan Korsel bertemu di Panmunjeom, dan menyepakati pengiriman atlet dan delegasi Korut ke Olimpiade Musim Dingin di Pyeongchang, Korsel. Korut mengirim ratusan orang ke acara itu pada Februari lalu, termasuk adik perempuan Kim, Kim Yo-jong, yang menyampaikan keinginan saudara laki-lakinya untuk mengadakan pertemuan puncak dengan Presiden Moon.

- 9 Februari: Para atlet Korsel dan Korut berbaris di bawah satu bendera selama pembukaan Olimpiade. Adik Kim dan kepala upacara seremonial Korut, Kim Yong-nam, bergabung dengan Moon dan istrinya di kursi penonton.

- 7 Maret: Setelah mengunjungi Kim di Pyongyang, Direktur Keamanan Nasional Presiden Korsel Chung Eui-yong mengatakan pemimpin Korut itu bersedia membahas nasib persenjataan nuklirnya dengan AS.

- 9 Maret: Trump menerima undangan Kim Jong-un untuk bertemu, setelah ia melakukan pertemuan dengan utusan Moon.

- 27 Maret: Kim melakukan kunjungan kejutan ke Beijing untuk bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping. Kunjungan ini dianggap sebagai sebuah langkah nyata untuk memperkuat dukungnya menjelang negosiasi dengan Trump.

- 18 April: Trump mengonfirmasi bahwa Mike Pompeo, yang saat itu menjabat sebagai kepala CIA, telah bertemu secara diam-diam dengan Kim Jong-un di Korut. Trump mengatakan hubungan yang baik telah terbentuk menuju pertemuan puncak antara ia dan Kim Jong-un.

- 27 April: Kim mengadakan pertemuan puncak dengan Moon. Para pemimpin mengumumkan tujuan aspiratif mereka untuk mengupayakan semenanjung bebas nuklir dan perdamaian permanen.

- 21 April: Korut mengatakan telah menangguhkan uji coba nuklir dan rudal jarak jauh, serta berencana menutup situs uji coba nuklirnya sebagai bagian dari langkah untuk meningkatkan perekonomiannya.

- 7 Mei: Kim Jong-un kembali bertemu Xi Jinping di Cina dan menyerukan kerja sama strategis yang lebih kuat antara kedua negara.

- 9 Mei: Mike Pompeo, yang telah menjabat sebagai menteri luar negeri AS, melakukan kunjungan lagi ke Pyongyang untuk mempersiapkan KTT Trump-Kim. Korut membebaskan tiga warga Amerika yang ditahan, dan mereka kembali bersama Pompeo ke AS.

- 10 Mei: Trump mengumumkan dia akan bertemu dengan Kim Jong-un di Singapura pada 12 Juni. "Kami berdua akan mencoba menjadikannya momen yang sangat spesial untuk Perdamaian Dunia!" tulis Trump di akun Twitter pribadinya.

- 12 Mei: Korut mengatakan akan mengadakan upacara untuk membongkar lokasi uji coba nuklirnya antara 23 dan 25 Mei, dan wartawan asing akan diundang untuk hadir.

- 16 Mei: Korut membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan Korsel dan mengancam untuk membatalkan KTT Trump. Pembatalan ini merupakan bagian dari protes atas latihan militer gabungan yang dilakukan AS-Korsel. Korut mengatakan tidak ingin secara sepihak ditekan untuk melepaskan persenjataan nuklirnya.

- 22 Mei: Trump dan Moon bertemu di Gedung Putih. Mereka mengekspresikan optimisme untuk kesuksesan pertemuan puncak antara Trump dan Kim. Moon mengatakan nasib dan masa depan Semenanjung Korea bergantung pada pertemuan di Singapura.

- 24 Mei: Diplomat senior Korut Choe Son-ui merilis pernyataan yang menyebut Wakil Presiden Mike Pence sebagai 'boneka politik' atas komentarnya tentang Korut. Ia mengatakan, Amerika dapat memilih mereka mereka akan menemui Korut di meja perundingan atau menghadapi Korut dalam konfrontasi nuklir.

- 25 Mei: Korut mengatakan masih mau duduk untuk berunding dengan AS kapan saja, dan dalam format apa pun. Moon mengatakan langkah Trump untuk membatalkan pertemuan dengan Kim itu sangat membingungkan. Ia menyerukan agar Washington dan Pyongyang kembali ke jalur perundingan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement